“Kita benar-benar tidur di gunung. Hari pertama saya benar-benar tiduran di tengah-tengah gunung, berasap-asap. Ya, mau gimana lagi? Karena situasinya memang begitu kan,” ujarnya.
Rasa lelah dan kewalahan pun melandanya. Tanah gunung menjadi tempatnya untuk mengumpulkan tenaga sejenak, sebelum kembali melawan kobaran api. Memang bukan pilihan, terkadang ia pun hanya bisa merebahkan diri di atas tanah yang curam.
“Mau ke kanan asap, ke kiri asap. Posisi tidurannya sudah enggak terlentang, karena sudah benar-benar di tengah hutan. Jadi tidurannya sudah hampir kayak berdiri, terus berasap dan panas ya, kerasa banget. Apinya tuh sangat jauh, tapi radiasinya tetap kena,” paparnya.
Ujian Mental
Baca Juga: Langit di California Berwarna Oranye
Jam kerja yang panjang, kurang tidur, ditambah dengan pekerjaan yang luar biasa menguras tenaga, sempat membuat Ano putus asa dan berada di titik terberat.
“Saya tidur di tengah hutan, 36 jam. Hari pertama saya udah langsung kayak, ‘Oh, My God,’ sudah hampir kayak, give up gitu,” ceritanya.
Namun, dengan tekad dan kegigihannya, Ano berusaha bangkit dan menggunakan energi yang tersisa untuk berjuang.
“Mau enggak mau ya, memang hari kerja, jadi harus dikerjain terus. Karena, kebanyakan kalau capek kayak gini, (lebih ke mental). Hanya di kepala,” tegasnya.
Kebersamaan menjadi nomor satu. Untuk bisa bertahan dan selamat dalam bertugas, Ano dan rekan-rekannya selalu saling menyemangati dan mendorong satu sama lain.
Baca Juga: Mengerikan, Penampakan Langit Merah di California Dampak Kebakaran Hutan
“Kita merisikokan hidup kita, hidup di fire land gini, dengan orang yang sama. Kita istilahnya bukan teman lagi, kita sudah kayak kakak adik,” jelasnya.
Hampir Celaka, “Mungkin Saya Enggak di Sini”
Api yang berkobar hanyalah satu di antara banyak risiko yang harus Ano hadapi. Disamping risiko kesehatan, terkadang pemadam kebakaran hutan juga ditantang keberaniannya, ketika berhadapan dengan binatang liar dan buas yang banyak berkeliaran di hutan.
“Teman saya waktu itu lagi kerja. Tiba-tiba ada mountain lion (singa gunung.red), lagi lewat aja di depan. Kalau diterkam, ya udah,” cerita Ano.
Pernah saat tengah menjalani misi dan mendaki, Ano hampir tertimpa batu sebesar kepala, yang jatuh tepat dihadapannya.
“Kaki saya hampir kena hajar. Kalau teman saya enggak (teriak, ‘awas! Batu!), mungkin saya enggak di sini. Mungkin saya lagi di rumah sakit. Batunya sangat gede. Kalau kena kaki mungkin retak, sudah pecah,” ceritanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Pilihan HP Samsung Murah Harga Rp1 Jutaan: RAM 6 GB, Performa Terbaik
- 6 Mobil Matic Bekas di Bawah Rp 40 Juta: Cocok untuk Pemula dan Ramah di Kantong
- Keluarkan Rp7 Juta untuk Tebus Ijazah Eks Satpam, Wamenaker Noel: Perusahaan Membangkang Negara
- 8 Rekomendasi HP Harga Rp1 Jutaan Spesifikasi Tinggi: Layar AMOLED, Kamera 50 MP!
- 5 Mobil Keluarga Terbaik yang Kuat Tanjakan, Segini Beda Harga Bekas vs Baru
Pilihan
-
Daftar Rekomendasi Mobil Bekas Favorit Keluarga, Kabin Lapang Harga di Bawah Rp80 Juta
-
6 Mobil Bekas Kabin Luas Bukan Toyota, Harga di Bawah Rp80 Juta Pas Buat Keluarga!
-
3 Mobil Toyota Bekas di Bawah Rp80 Juta: Kabin Lapang, Hemat Bensin dan Perawatan
-
Catatan Liputan Suara.com di Jepang: Keajaiban Tas, Uang dan Paspor Hilang Kembali ke Pemilik
-
Proyek Rp1,2 Triliun Kerap Bermasalah, Sri Mulyani Mendadak Minta Segera Diperbaiki
Terkini
-
Jaga Zona Hijau, PPU Aktifkan Kader Kesehatan Cegah Malaria
-
Langkah Bertahap, Enam Koperasi Merah Putih Sudah Terbentuk di Berau
-
Di Kaltim Baru 8 dari 10 Daerah, Kawasan Tanpa Rokok Wajib Diatur Lewat Perda
-
Berburu DANA Kaget: Tips Cepat Dapat Saldo Gratis Akhir Pekan Ini
-
Jaga Sawah, Jaga Ketahanan Pangan IKN: Pemkab PPU Siapkan Regulasi Cegah Alih Fungsi