Scroll untuk membaca artikel
Yovanda Noni
Kamis, 12 November 2020 | 14:22 WIB
Keributan di depan Unit Pemulasaran RSUD A.M Parikesit, Tenggarong, Kutai Kartanegara. [Foto: Tangkapan layar akun instagram info_kukar]

SuaraKaltim.id - Sempat terjadi keributan saat salah satu pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD AM Parikesit, Tenggarong, Kutai Kartanegara meninggal dunia. Pihak keluarga berupaya membawa pulang jenazah meski dihalangi petugas.

Peristiwa itu lantas viral di media sosial, Plt Direktur RSUD AM Parikesit dr Martina Yulianti menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada Rabu (11/11/2020) kemarin.

Saat dinyatakan meninggal, pihak keluarga yang mendampingi pasien sudah memahami prosedur penanganan jenazah suspek Covid-19.

“Tadi ada kesalahpahaman, pihak keluarga inti sudah dijelaskan, sudah kondusif sebenarnya. Ada keluarga lain yang datang dan belum mendengarkan,” kata Martina saat dikonfirmasi, Kamis (12/11/2020).

Baca Juga: Ribut di RSUD Tenggarong, Keluarga Tolak Pemakaman Protokol Covid-19

Pasien tersebut, sambungnya, dinyatakan positif ada swab kedua yang dilaksanakan 9 November 2020 lalu. Sehari sebelumnya, hasil swab pertama menunjukkan hasil negatif.

“Pada swab yang kedua dinyatakan positif dan kebetulan alami perburukan dan meninggal,” paparnya.

Sesuai dengan protokol penanganan jenazah suspe Covid-19, maka proses pemulasaran dan pemakaman harus dilaksanakan dengan tata cara covid.

“Mungkin karena salah paham tadinya mau dibawa pulang. Tapi kan sudah paham, jadi tidak masalah. Kami apresiasi kepada pihak keluarga, terutama pihak keluarga terdekat yang akhirnya kooperatif,” ujar Martina.

Martina yang juga Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Kutai Kartanegara ini menjelaskan, tenaga medis saat ini lebih mengedepankan gejala klinis.

Baca Juga: Kafe Tahu Kula di Tenggarong, Bisa Makan Enak Tanpa Khawatir Gemuk

Jika gejala Covid-19 muncul pada pasien yang diperiksa, maka standar pelayanan pun menggunakan protokol kesehatan.

Hal ini, sebutnya, yang membuat pihak keluarga pasien kadang tidak menerima penjelasan tersebut. Hasil lain, seperti swab, itu adalah penunjang.

“Klinisnya kami utamakan. Misalnya sesak, itu menunjang ke arah covid. Kasusnya sudah jelas. (Di kasus keluarga pasien) Ada masalah miss komunikasi saja,” pungkasnya.

Kontributor : Fatahillah Awaluddin

Load More