Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 10 Desember 2020 | 15:01 WIB
Ilustrasi Pilkada. Tingginya angka golput dalam Pilkada Kota Balikpapan menyebabkan pemkot setempat merugi hingga Rp 35 miliar. (Antara)

SuaraKaltim.id - Pesta demokrasi lokal yang digelar serentak atau pemilihan kepala daerah (pilkada) 2020 ternyata menjadi catatan tersendiri bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan. Lantaran tingginya jumlah golput yang mencapai 41 persen hingga mengakibatkan pemkot rugi hingga Rp 35 miliar.

Persoalan itu yang membuat Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi tidak habis pikir dengan minimnya partisipasi warga dalam ajang kontestasi politik lokal tersebut.

“Secara umum aman lancar, tidak ada kejadian dan cuacanya bagus. Akan tetapi yang menjadi catatan penting kita tingkat partisipasinya kurang bagu. Sayang banget, padahal cuacanya bagus sekali kemarin. Tidak terlalu panas, tidak terlalu hujan,” ujarnya seperti dilansir Inibalikpapan.com-jaringan Suara.com pada Kamis (10/12/2020).

Dia mengemukakan, angka partisipasi tersebut tidak jauh bergeser dari pilkada lima tahun sebelumnya.

Baca Juga: Angka Golput di Pilkada Balikpapan Mencapai 41 Persen

“Hampir sama dengan pilkada yang lima tahun lalu. Walaupun belum lengkap tapi sepertinya kita hanya bergerak tingkat partisipasi 60-an persen,” ujarnya.

Menurut perhitungannya, tingginya angka golput membuat pemkot merugi. Pasalnya, pemkot mengalokasikan anggaran Rp 83 miliar untuk penyelenggaraan pilkada. Jumlah total alokasi anggaran tersebut, jika dihitung berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) 443.243 maka rata-ratanya 1 suara seharga Rp 187 ribu.

Tapi kenyataannya saat hari pencoblosan, jumlah golput mencapai 200 ribu (182.780 atau 41 persen data Posko Pemenangan Rahmad Mas’ud – Thohari Azis).

“Dari segi pembiayaan rugi kita. Biaya 1 orang pemilih itu Rp 187 ribu kali golput berarti 35 miliaran. Dari tingkat partisipasi,” ujarnya.

Menurutnya, kemungkinan warga takut ke TPS karena masih Pandemi Covid-19. Soal kemungkinan sosialisasi yang kurang, Rizal menyatakan belum melihat sampai ke sana. Namun, minimnya partisipasi menjadi tanggung jawab KPU dan pemkot.

Baca Juga: Pesan Menohok yang Golput Pilkada: Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Nurani

“Saya curiga mereka takut ke TPS karena covid-19 sehingga banyak yang tidak berani ke TPS. Tapi secara umumnya (pelaksanaan) bagus. Cuma yang kurang mengembirakan tingkat partisipasi,” ujarnya

Meski begitu, dia mengemukakan, minimnya partisipasi bukan hanya terjadi di Kota Balikpapan tapi juga sejumlah daerah yang menggelar pilkada.

“Hampir seluruh Indonesia orang memang agak was-was untuk datang ke TPS. Karena takut kalau kena covid-19,” ujarnya.

Soal kemungkinan karena calon tunggal, Rizal menyatakan, kemungkinan bisa saja. Namun dia lebih condong karena masih Pandemi covid-19.

“Orang jadi kurang pilihan jadi kurang semangat, bisa jadi. Tapi mungkin yang paling terasa soal covid-19.” ujarnya

Dia menambahkan, sejauh ini hitungan sementara pasangan Rahmad Mas’ud–Thohari Azis unggul. Namun dia meminta masyarakat menunggu pengumuman remsmi dari KPU Kota Balikpapan. Dia berharap lancar hingga penetapan pemenang.

Load More