SuaraKaltim.id - Mantan napi terorisme yang pernah menjadi anggota ISIS, Ustaz Syahrul Munif setuju dengan keputusan Pemerintah Republik Indonesia yang mengambil langkah membubarkan Front Pembela Islam (FPI).
Pernyataan tersebut disampaikan langsung dalam Diskusi Forum Intelektual pada Kamis (7/1/2021).
"Faktanya lebih baik bagi begitu (HTI dan FPI dibubarkan)," ujar Ustad Syahrul Munif ketika menjawab pertanyaan dari moderator Diskusi Forum Intelektual, Yatimul Ainun seperti dilansir Timesindonesia.co.id-jaringan Suara.com.
Ada beberapa alasan, menurutnya, yang membuat HTI dan FPI layak untuk dibubarkan. Salah satunya adalah persoalan radikalisme.
"Virus Tanfidzi itu akan dikawinkan dengan politik, kalau tidak dibendung oleh pemerintah akan terjadi hal luar biasa (radikalisme)," kata alumni ISIS tersebut.
Dalam forum tersebut, dia berbagi pengalaman saat berada di Suriah. Dia mengemukakan, telah menyaksikan secara langsung sebuah negara yang sebelumnya indah menjadi hancur akibat perang dan radikalisme di negeri tersebut.
"Perlu waktu 30 tahun untuk membangun negeri seindah tersebut. Dengan catatan kondisi negara dalam keadaan normal dan tidak terjadi perang," kata pria yang pernah bergabung dengan ISIS pada Tahun 2014 silam.
Selain itu, dia juga menceritakan pengalaman kali pertama masuk dalam organisasi terorisme ISIS lantarang didorong keinginan untuk jihad.
"Saya memiliki pandangan, bahwa jihad yang sebenarnya itu adalah datang langsung ke lokasi (Suriah). Tapi itu salah," katanya.
Baca Juga: Rektor Unisma: Tidak Ada Agama yang Ajarkan Radikalisme
Tak hanya itu, dia mengemukakan, dirinya sadar saat bergabung dengan para napi teroris lainnya yang ternyata jalan pemikiran mereka sudah sangat kebablasan.
"Bahkan ada yang sampai mengkafirkan orang tuanya sendiri. Ini tentunya tidak dibenarkan," katanya.
Senada dengan Syahrul, mantan napi terorisme lainnya yang hadir dalam diskusi tersebut, Ustaz Pujiyanto menyatakan tidak menyepakati aksi radikalisme dan intoleran. Pun dia setuju, jika FPI dan HTI dibubarkan.
"Kami tidak setuju dengan aksi radikalisme dan intoleran yang mengatasnamakan agama. Pancasila juga tidak ada masalah dengan agama Islam," tegas pria yang pernah terlibat dalam aksi terorisme kepemilikan senjata api di Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Insentif Rp6 Juta per Hari Bakal Dipangkas Jika Dapur MBG Tak Sesuai Standar
-
Samarinda Bakal Buka Penerbangan Rute IKN-Malaysia di Februari 2026
-
AYIMUN Samarinda Chapter 2025 Siapkan Generasi Muda Jadi Calon Pemimpin Global
-
Kaltim Jamin Stok Pangan Aman, Harga Terpantau Stabil Jelang Natal dan Tahun Baru
-
Persagi Siap Tugaskan Ahli Gizi untuk MBG di Seluruh Pelosok Indonesia