SuaraKaltim.id - Penemuan studi kasus ini cukup mengejutkan. Dalam studi tersebut mengatakan efek polusi udara yang meningkat menyebabkan resiko henti jantung juga meningkat.
Penelitian tersebut telah dipresentasikan pada Kongres ESC 2021. Para ahli mempelajari tujuh polutan umum dan menemukan beberapaa fakta soal tersebut.
"Kami mempelajari tujuh polutan umum dan menemukan bahwa ketika konsentrasi masing-masing meningkat, risiko serangan jantung meningkat," kata penulis studi Dr Francesca R. Gentile dari IRCCS Policlinico San Matteo Foundation, Pavia, Italia, disadur dari Suara.com, Senin (30/8/2021).
"Temuan ini menunjukkan bahwa kualitas udara harus dimasukkan ke dalam model prediktif untuk membantu sistem kesehatan dalam merencanakan kebutuhan layanan," tambahnya.
Tak hanya itu, polusi udara juga sudah ditetapkan sebagai pemicu yang berpotensial untuk serangan mengalami serangan jantung di luar rumah sakit. Akan tetapi, hubungan dengan polutan udra tertentu tetap kontroversial, karena sejumlah mekanisme juga terlibat.
Dalam studi ini, peneliti juga mencari tahu hubungan antara paparan jangka pendek terhadap partikulat dan polutan gas, serta kejadian henti jantung yang ada di rumah sakit.
Penelitian tersebut dilakukan di Provinsi Pavia, Lodi, Cremona dan Mantua di Lombardy Selatan, wilayah tersebut mencakup 7.863 km2 di wilayah metropolitan serta pedesaan dengan lebih dari 1,5 juta penduduk.
Berdasarkan data kejadian harian henti jantung di 2019, diperoleh dari registrasi henti jantung regional Lombardia CARe.
Informasi tentang konsentrasi harian partikel (PM10, PM2.5), nitrogen dioksida, karbon monoksida, benzena, sulfur dioksida dan ozon yang ada di seluruh wilayah studi, disediakan oleh badan regional untuk perlindungan lingkungan (ARPA).
Baca Juga: Orang yang Kurang Menikmati Waktu Senggang, Beresiko Stres dan Depresi Tinggi, Kok Bisa?
Dirinya menghitung, median kejadian harian serangan jantung di 2019, lalu diklasifikasikan setiap hari, sebagai insiden yang lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai median.
Sebanyak 1.582 serangan jantung di luar rumah sakit terjadi di wilayah penelitian selama 2019, dengan rata-rata insiden harian 0,3 kasus per 100 ribu penduduk.
Konsentrasi PM10, PM2.5, nitrogen dioksida, karbon monoksida, benzena, dan sulfur dioksida, secara signifikan lebih tinggi di hari-hari tertentu dengan kejadian serangan jantung di atas median. Dibandingkan dengan hari-hari ketika kejadian di bawah median.
"Hubungan yang diamati antara konsentrasi polutan individu dan kemungkinan serangan jantung dapat digunakan di masa depan untuk memprediksi kejadian kondisi yang mengancam jiwa ini di wilayah geografis tertentu," kata Dr Gentile.
"Kami berharap pemantauan polutan udara dapat meningkatkan efisiensi layanan kesehatan dengan menjadi faktor dalam model peramalan ambulans dan sistem peringatan," pungkas Dr Gentile.
Berita Terkait
Terpopuler
- Link Download SKB 3 Menteri Libur 18 Agustus 2025 PDF, Cek Jadwal Libur Nasional Terbaru
- Setelah BYD Atto 1 Datang, Berapa Harga Wuling Binguo Sekarang?
- 7 Orang Kena OTT, Satu Tim KPK Masih Menunggu di Sulawesi Selatan
- Kenapa Disebut 9 Naga? Tragedi Tewasnya Joel Tanos Cucu '9 Naga Sulut' Jadi Sorotan
- Garap Creative Financing, Pemprov DKI Jakarta Buka Peluang Kolaborasi
Pilihan
-
8 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan Terbaik Agustus 2025, Selalu Jadi Andalan
-
Gaduh Data Ekonomi RI Hingga PBB Diminta Lakukan Investigasi
-
Kalah di Kandang Sendiri, Persebaya 'Tertipu' Hasil Pramusim PSIM Yogyakarta?
-
"Mamak Tunggu di Rumah, Diva" Pilu Ibu Menanti Paskibra Madina yang Tak Pernah Kembali
-
Tanggal 18 Agustus 2025 Perdagangan Saham Libur? Ini Kata BEI
Terkini
-
Dukung IKN, Kukar Genjot Pertanian, Pariwisata, dan SDM Unggul
-
Cegah Sebelum Terbakar: Strategi Baru Tangani Karhutla di Kaltim
-
Dari Tanah Merah Menuju Aspal Mulus: Jalan Perbatasan Jadi Prioritas
-
1.300 Personel TNI Disiapkan Perkuat Sektor Pangan di Sekitar IKN
-
Ekonomi Kaltim Tumbuh 4,69 Persen, Industri Pengolahan Ambil Alih Panggung