Ia bahkan memberikan pertanyaan kepada Pemkot. Terkait visi dan program serta keahlian Pemkot dalam "mengatur dan mengelola" lokasi tersebut.
Karena baginya, seringkali yang terjadi justru kontra-produktif. Ia menyebut, ketika Pemkot ikut cawe-cawe, para UMKM dan masyarakat mengharapkan kondisi menjadi lebih baik. Sayangnya, khusus Samarinda, sampai saat ini belum ada hal seperti itu menurutnya.
"Kita tidak melihat ada visi dan program yang bagus. Apalagi keahlian untuk mengesekusinnya.
Pemindahan UMKM tak sesuai dengan sistem "Mengelola dan Mengatur" milik Pemkot
Baca Juga: Pemkot Samarinda Siapkan Tiga Proyek Pendukung IKN, Apa-apa Aja?
Menurut pria yang akrab disapa Cody ini, ketika beberapa kali UMKM dipindahkan baik sistem pengelolaan, pengaturan, serta lokasi. Banyak yang hasilnya tak sesuai dengan omzet yang mereka dapatkan di tempat sebelumnya.
"Hasilnya tidak menjadikan omzet meningkat, bahkan turun. "kesemrawutan" masih terjadi. jd kita memang belum melihat "sesuatu" dari sekian banyak keikut-sertaan pemkot didalam "mengelola & mengatur" ini," tegasnya.
Pemkot Samarinda kembali kehabitat
Disinggung soal pandangannya secara spesifik soal Marimar, ia menegaskan bahwa regulasi Marimar dan Pemkot belum tentu sejalan kelak. Bahkan dirinya dengan gamblang mengatakan agar Pemkot bisa kembali "kehabitatnya". Yang ia maksud ialah melalui regulasi yang baik. Seperti menciptakan iklim dan gairah bisnis yang sehat.
Baginya, Pemkot Samarinda juga harus melihat regulasi yang mereka buat sendiri. Karena jika regulasi yang tidak baik tetap berlanjut, dirinya sekali lagi berani mengatakan UMKM bisa menyelesaikan tantangan tersebut.
Baca Juga: Laporan Jalan Putus, Pemkot Samarinda Bakal Bebaskan Lahan untuk Proyek di Dua Wilayah Ini
"Perlu digaris-bawahi, Pemkot yang lebih memerlukan UMKM dibanding teman-teman (UMKM) itu memerlukan Pemkot. itu yang saya sebut di atas bahwa Pemkot harusnya bersyukur karena masyarakat bergerak untuk berbisnis secara mandiri. Coba kalau tidak, setiap kesulitan ekonomi maka semuanya akan ramai-ramai ke Balaikota, jika tidak mampu diselesaikan bisa menjadi masalah sosial yang lebih besar," tegasnya.
UMKM Marimar optimis punya harapan yang manis
Christian selaku salah satu pedagang minuman di Marimar juga memberikan tanggapan. Ia mengaku sudah mendengar perselisihan yang terjadi antara Pemkot Samarinda dengan PT Samaco yang mengelola MLG dan Marimar.
Namun, sebagai orang yang hanya menyewa salah satu tenant di lokasi tersebut, dirinya mengharapkan ada hal manis yang akan terjadi.
"Saya optimis sih Pemkot mendukung UMKM. Pemkot tidak akan dengan mudah mengambil statement ditutup. Saya yakin Pemkot ingin bangun UMKM yang kuat di Samarinda," katanya.
Sebelum di Marimar, dirinya hanya berjualan online biasa lantaran baru memulai bisnis tersebut di masa PPKM level 4 di Samarinda. Kabar slot tenant yang kosong di Marimar ia dengar, lalu dirinya pun memilih untuk bisa berjualan di tempat tersebut.
Berita Terkait
Tag
Terpopuler
- Cerita Pemain Keturunan Indonesia Tristan Gooijer Tiba di Bali: Saya Gak Ngapa-ngapain
- Review dan Harga Skincare GEUT Milik Dokter Tompi: Sunscreen, Moisturizer, dan Serum
- 5 Motor Matic Bekas Murah: Tampang ala Vespa, Harga Mulai Rp3 Jutaan
- Bareskrim Nyatakan Ijazah S1 UGM Jokowi Asli, Bernomor 1120 dengan NIM 1681/KT
- Harley-Davidson Siapkan Motor yang Lebih Murah dari Nmax
Pilihan
-
Shayne Pattynama Tulis Prediksi Skor Timnas Lawan China di Sandal
-
7 Rekomendasi HP Kamera 108 MP Terbaik 2025: Layar AMOLED, Harga Rp2 Jutaan
-
Manchester United Hancur Lebur: Gagal Total, Kehabisan Uang, Pemain Buangan Bersinar
-
Srikandi di Bali Melesat Menuju Generasi Next Level Dengan IM3 Platinum
-
30 Juta Euro yang Bikin MU Nyesel! Scott McTominay Kini Legenda Napoli
Terkini
-
Tambahan Malam Minggu, Cek 4 Link DANA Kaget buat Traktir Teman-teman
-
TKA Mulai Diterapkan November 2025, Sasar Evaluasi Individu Siswa
-
54 Persen Lebih! Proyek Gedung PUPR IKN Bukti Komitmen PTPP
-
Penerimaan Pajak Kaltimtara Capai Rp 5,8 Triliun, Tapi Terkoreksi 24 Persen
-
BBM Langka, SPBU Kurang: Balikpapan di Tengah Krisis Energi Perkotaan