Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Rabu, 16 November 2022 | 10:00 WIB
Jengkol tak berbau di Martapura, Banjar. [KanalKalimantan.com]

SuaraKaltim.id - Media sosial (Medsos) diramaikan warganet yang heboh terkait kuliner khas Martapura yakni jengkol alias jaring--sebutan jengkol dalam bahasa Banjar--yang diklaim tidak menimbulkan aroma semerbak bagi para penikmatnya.

Para penggemar jengkol ini pun antusias berburu kuliner beraroma khas yang disajikan dengan lalaan atau santan kelapa yang sudah dimasak menjadi minyak di lapak warung D’Jaring Martapura.

Lokasi warung D’Jaring Martapura berada di Jalan Kertak Baru, Desa Telok Selong, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar. Warung itu berdekatan dengan Cagar Budaya Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi Desa Telok Selong.

Warung kecil pinggir jalan yang belakangan viral ini buka sejak pagi hari. Mulai pukul 08.00 Wita hingga sore pukul 17.00 Wita. Setiap harinya, warung jengkol milik Wendi ini banyak melayani pembeli dari berbagai penjuru Kalimantan Selatan (Kalsel).

Baca Juga: Laka Maut Rombongan Umrah di Banjar, 4 Orang Tewas

Bahkan, pada sore hari, sebelum waktu menunjukkan pukul 17.00 Wita, isi keranjang yang biasa disajikan penuh gunungan jengkol tampak kosong ludes dibeli penikmat jaring dengan lalaan.

Pembeli yang tidak kebagian jajanan pasar ini pun harus gigit jari. Padahal, mereka telah datang rombongan siap menikmati jengkol sambil melihat pemandangan pinggir sawah yang ada di sekitarnya.

Lisna, misalnya, salah satu penggemar jengkol yang tak sempat mencicipi nikmatnya jajanan pasar warna kecoklatan itu

“Sudah merencanakan dari lama mau ke sini, tapi nanti kapan-kapan lagi ke sini, tapi pagi hari supaya gak kehabisan. Soalnya jengkolnya sudah habis sisa yang balado, jadi bumbunya aja yang dibeli,” ujar Lisna, melansir dari KanalKalimantan.com--Jaringan Suara.com, Rabu (16/11/2022).

Da mengaku memang sudah berniat berangkat dari Pelaihari demi mencicipi kuliner jengkol yang viral di berbagai medsos yang diikutinya.

Baca Juga: Miris! Antre 1,5 Jam di Teras IGD RSUD Martapura Padahal Kondisi Pasien Kritis

“Taunya dari sosial media banyak sekali bilang enak katanya gak bau, di Instagram, Facebook dan banyak teman-teman yang kirim di chat whatsapp. Langsung deh kita ke sini karena juga kebetulan warung ini ternyata dekat sama Cagar Budaya Rumah Banjar Bubungan Tinggi, jadi saya tahu jalannya,” ungkapnya.

Berbeda dengan Lisna yang melihat kabar viral jajanan jengkol ini di berbagai medsos, ada salah satu pembeli yang berasal dari Desa Anjir Pasar yakni Adi dan Rahmadiah yang datang bersama anak lelakinya Muhammad Aflah.

Ia mengaku, sering melewati jalan utama Martapura-Sungai Tabuk-Banjarmasin ini untuk pergi ke Martapura mendatangi sanak keluarganya. Melihat suasananya yang ramai serta terdapat tulisan kuliner jengkol tak berbau akhirnya membawa Adi beserta keluarganya tertarik mencicipi makanan itu.

“Sering lewat sini dan melihat kok rame terus jadi singgah ikutan juga mencoba, tapi belum tau sih bener tidak bau kah atau gimana, nanti kita liat, kayanya sih tidak bau,” ucapnya.

Saat ia datang sekitar pukul 16.00 Wita, beruntung ia beserta istri dan anaknya berkesempatan mencicipi gurih dan manisnya jengkol lalaan.

“Ini pertama kali mencoba dan memang yang bikin beda itu dari yang lain adalah lalaan-nya gurih sekali, dan manis ditambah dengan jengkolnya pas enak. Insyaallah ke sini lagi,” bebernya.

Sementara itu, sang pemilik warung D’Jaring Martapura, Wendi masih terlihat sangat sibuk melayani pembeli, meski jengkol sudah ludes terjual.

Ternyata Wendi sudah merintis usaha ini sejak tahun 2016 silam, kemudian ia terus bertransformasi menjajakan kuliner itu di sosial media. Wendi mengatakan tak ada resep khusus dari dirinya saat mengolah jengkol sehingga tak berbau.

“Kebanyakan orang tertarik apa benar tidak berbau, dan kita suguhkan jengkol yang sebelumnya sudah direndam dan dimasak lama kemudian disandingkan dengan lalaan yang kami masak langsung di sini, sehingga ada sensasi hangatnya,” katanya.

Warung jengkol ini pun semakin laris. Dalam sehari Wendi bisa menghabiskan hingga 40 ribu buah jengkol dengan omzet hingga puluhan juta rupiah. Kini ia pun telah memiliki dua orang karyawan dan mereka juga ikut melayani dengan sistem delivery oleh Gojek.

Menemukan warung ini pun tak sulit karena letaknya berada persis di pinggir jalan dengan rombong berukuran 3×3 meter berdinding warna biru. Beberapa tenda juga dibuka untuk pengunjung yang ingin langsung makan di tempat.

Untuk harga jengkol yang dijual Wendi sangat bervariasi, jengkol tersebut ada terdiri dari tiga harga, Rp 6 ribu, Rp 11 ribu, dan Rp 15 ribu. Perbedaan harga tersebut dipakai untuk setiap ukuran jengkol yang dijual.

Selain jengkol, Wendi juga menjual makanan dan cemilan khas Martapura lainnya seperti patah, tapai, hingga jajanan manis seperti ulatih dan kacang gula merah.

Load More