Melihat data tersebut, tampak jumlah warga Kaltim yang menempuh pendidikan di usia 16-18 tahun tak sebanyak usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun. Artinya, masih ada warga Kaltim yang terhenti pendidikannya di jenjang SMP dan tak lanjut ke SMA sederajat.
Terpisah, Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Kaltim, Mareta Sari menyebut, sebenarnya Kaltim harus sejak jauh hari memikirkan agar tak bergantung lagi terhadap SDA.
Namun, pergerakan signifikan tak begitu tampak mulai kewenangannya masih ada di daerah dan kini sudah ditarik ke pusat.
“Alasannya jelas, ekonomi dari pertambangan batu bara khususnya, tidak berkelanjutan. Banyak sekali proses dan masukan yang diberikan JATAM Kaltim sejak era awal batu bara. Kenapa baru sekarang dipikirkan?,” ujar Mareta.
Dia menilai, selama ini Pemprov Kaltim masih sebatas menyatakan narasi saja. Belum ada pelaksanaan yang berpengaruh. Jika sekadar komitmen tapi tak dilaksanakan, maka semuanya percuma.
“Ini kan komitmen yang mempertaruhkan ruang hidup warga Kaltim. Sama sekali tidak ada aksinya,” lanjutnya.
Jika ingin tak bergantung terhadap SDA, Mareta menyebut, Pemprov Kaltim harus menghentikan seluruh aktivitas pertambangan. Terutama yang sampai menyebabkan kematian sejumlah warga, kerusakan lingkungan, hingga konflik masyarakat.
“Tapi sekarang rasanya tidak mungkin ya. Pasti alasannya karena kewenangan bukan lagi di daerah, tapi sudah ke pusat. Di sini, pemerintah daerah harus menyampaikan ke negara bahwa ada komitmen untuk menghentikan pertambangan. Ada melaporkan,” sambung Mareta.
Secara umum, sektor pertambangan di Kaltim adalah yang terbesar di tingkat nasional. Bahkan memiliki cadangan dan sumber daya batu bara yang besar.
Baca Juga: Tak Ingin Bergantung Terus sama SDA, Hadi Mulyadi Mau Kaltim Punya Terobosan Baru
Mengacu pada Data Kementerian ESDM, batu bara di Kaltim adalah yang tertinggi di Indonesia dengan kontribusi sebesar 40,10 persen terhadap total batu bara sebesar 92 miliar ton.
Sedangkan cadangan batu bara di Kaltim juga jadi yang tertinggi dengan kontribusi mencapai 42,40 persen terhadap total cadangan batu bara nasional yang mencapai 25,8 miliar ton.
Artinya, selama 10 tahun terakhir tak dapat dimungkiri peningkatan produksi dan ekspor batu bara sangat berpengaruh terhadap pergerakan ekonomi di Kaltim.
Berdasarkan data BPS Kaltim per Juli 2022, ekspor hasil tambang mengalami peningkatan hingga 5,37 persen. Yakni dari US$2,7 miliar pada Juni 2022 meningkat hingga US$2,86 miliar pada Juli 2022. Walhasil, sejauh ini komoditas tambang masih jadi andalan ekspor Kaltim.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- Tanpa Naturalisasi! Pemain Rp 2,1 Miliar Ini Siap Gantikan Posisi Ole Romeny di Ronde 4
- 5 Pemain Timnas Indonesia yang Bakal Tampil di Kasta Tertinggi Eropa Musim 2025/2026
- Brandon Scheunemann Jadi Pemain Paling Unik di Timnas Indonesia U-23, Masa Depan Timnas Senior
- Siapa Sebenarnya 'Thomas Alva Edi Sound Horeg', Begadang Seminggu Demi Bass Menggelegar
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Murah Samsung dengan Fitur USB OTG, Multifungsi Tak Harus Mahal
-
Bukalapak Merana? Tutup Bisnis E-commerce dan Kini Defisit Rp9,7 Triliun
-
Investasi Kripto Makin Seksi: PPN Aset Kripto Resmi Dihapus Mulai 1 Agustus!
-
9 Negara Siaga Tsunami Pasca Gempa Terbesar Keenam Sepanjang Sejarah
-
Bantah Sengaja Pasang 'Ranjau' untuk Robi Darwis, Ini Dalih Pelatih Kim Sang-sik
Terkini
-
Dukung IKN dari Hulu: PPU Luncurkan Beras Lokal Benuo Taka
-
Sekolah Rakyat Segera Hadir di Kutim, Sasar Anak dari Keluarga Miskin
-
Kapal Rumah Sakit 50 Meter Siap Sambangi Pelosok Kaltim, Ini Tawaran dari Korea Selatan
-
Proyek IKN Jadi Sorotan DPR RI, Bandara VVIP hingga Jalan Inti Masuki Fase Penting
-
DLH Balikpapan: Bakar Sampah Bisa Kena Denda Rp50 Juta atau Kurungan 6 Bulan!