“Infrastruktur antara di kota dengan daerah pinggiran kan masih jauh perbedaannya. Belum lagi soal distribusi guru lalu standardisasi dan kualitas guru,” sambungnya.
Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Semester Genap 2022/2023, di Kaltim tercatat ada 383 guru SLB, 5.056 guru SMK, dan 4.993 guru SMA. Sedangkan mengacu pada data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, guru jenjang SMA yang telah mengantongi kualifikasi kompetensi dan ditetapkan secara nasional mulai 2016-2020 berjumlah 382 orang.
Sedangkan untuk guru jenjang SMK, tercatat 374 orang yang sudah memiliki kualifikasi kompetensi dan ditetapkan secara nasional mulai 2016-2020. Jumlah tersebut masih terbilang sedikit jika dibandingkan dengan jumlah guru yang mencapai ribuan.
Sementara itu, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Angka Partisipasi Sekolah (APS) mulai 2018-2021 juga bergerak fluktuatif. Untuk umur jenjang pendidikan 7-12 tahun misalnya. APS pada 2018 berjumlah 99,76, 2019 berjumlah 99,68, dan 2021 sebesar 99,60.
Baca Juga: Tak Ingin Bergantung Terus sama SDA, Hadi Mulyadi Mau Kaltim Punya Terobosan Baru
Umur jenjang pendidikan 13-15 tahun, pada 2018 mencapai 98,89, 2019 berjumlah 98,21, dan 2021 mencapai 98,90. Sementara untuk usia 16-18 tahun, 2018 mencapai 81,55, 2019 sebesar 82,07, dan 2021 mencapai 82,01.
Melihat data tersebut, tampak jumlah warga Kaltim yang menempuh pendidikan di usia 16-18 tahun tak sebanyak usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun. Artinya, masih ada warga Kaltim yang terhenti pendidikannya di jenjang SMP dan tak lanjut ke SMA sederajat.
Terpisah, Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Kaltim, Mareta Sari menyebut, sebenarnya Kaltim harus sejak jauh hari memikirkan agar tak bergantung lagi terhadap SDA.
Namun, pergerakan signifikan tak begitu tampak mulai kewenangannya masih ada di daerah dan kini sudah ditarik ke pusat.
“Alasannya jelas, ekonomi dari pertambangan batu bara khususnya, tidak berkelanjutan. Banyak sekali proses dan masukan yang diberikan JATAM Kaltim sejak era awal batu bara. Kenapa baru sekarang dipikirkan?,” ujar Mareta.
Baca Juga: Adaro Berencana Buyback Saham, Rogoh Kocek Rp4 Triliun
Dia menilai, selama ini Pemprov Kaltim masih sebatas menyatakan narasi saja. Belum ada pelaksanaan yang berpengaruh. Jika sekadar komitmen tapi tak dilaksanakan, maka semuanya percuma.
Berita Terkait
-
Demi Konten Ekstrem, 5 Fakta Aksi Berbahaya Bule Rusia Naiki KA Batu Bara
-
Turis Rusia Nekat! Aksi Gila Naik Kereta Batu Bara Babaranjang Viral!
-
Bukit Asam (PTBA) Raup Laba Bersih Rp 5,10 Triliun di 2024
-
Langkah Trump Teken Perintah Eksekutif Hidupkan Kembali Industri Batu Bara AS
-
Minat Pasar Tinggi, SGER Ekspor Batu Bara Senilai 35,7 Juta Dolar AS ke Vietnam
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
Terkini
-
Dampak IKN, Babulu Diusulkan Punya Rumah Sakit Sendiri
-
Cuma Janji, Gaji Tak Dibayar, Karyawan RSHD Samarinda Mengadu ke Disnaker
-
650 Warga Kaltim Terdampak Dugaan BBM Tercemar, Pemprov Turun Tangan
-
Link DANA Kaget Aktif 17 April 2025: Siap-Siap Dapat Saldo Gratis
-
Maruarar Panggil AHY dan Basuki, Bahas Nasib Tower Hunian IKN