Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Selasa, 19 Maret 2024 | 02:00 WIB
Ilustrasi tradisi islami, Adat Beluluh dari Kukar. [Ist]

SuaraKaltim.id - Prosesi Beluluh Sultan merupakan salah satu prosesi adat oleh Sultan Kutai Kartanegara (Kukar) menjelang Festival Budaya Erau di Tenggarong, Kukar, Kalimantan Timur (Kaltim).

Tujuan dari diadakannya prosesi beluluh ini adalah untuk menyucikan Sultan dari unsur-unsur kejahatan energi negatif baik dari yang terlihat maupun yang ghaib.

Ada beragam prosesi dalam ritual Beluluh ini, misalnya di hari sebelumnya sudah dilakukan khataman Al-Qur'an kemudian doa haul jama oleh kerabat beserta para tokoh agama dan para habaib.

Maksud dan tujuan dari prosesi khatam Al-Qur'an dan doa  haul jama  adalah mendoakan para leluhur sultan-sultan terdahulu yang sudah berpulang maupun kerabat yang telah meletakkan pondasi adat istiadat serta budaya di kesultanan.

Baca Juga: Kasus Diare di Kukar Meningkat Drastis: Waspada Faktor Lingkungan dan Perilaku

Kemudian di hari berikutnya Sultan akan didudukkan di sebuah balai dan menjalani sejumlah prosesi. Prosesi beluluh diawali dengan Sultan Kutai yang didudukkan sejenak di atas tilam kasturi lalu Sultan menaiki balai bambu dengan berpijak pada pusaka batu tijakan.

Sultan duduk di atas singgasana dari balai bambu di bawah ikatan daun beringin dan dipayungi selembar kain kuning yang disebut kirab tuhing yang dipegang oleh 4 orang pemuda.

Tuhing dalam bahasa Kutai bermakna pantangan. Balai bambu tersebut diletakkan di atas lukisan sakral tambak karang. Kaki balai bambu tersebut dihiasi dengan daun kelapa dan diletakkan peduduk atau sesajian.

Selanjutnya dilakukan prosesi tepong tawar yang dipimpin oleh dewa atau pemimpin ritual yang membacakan mantera dan memercikkan air bunga ke sekeliling Sultan.

Selanjutnya dewa menyerahkan mangkuk berisi air bunga kepada Sultan dan Sultan mencelupkan tangan dalam mangkuk air bunga tersebut dan mengusapkan air bunga pada bagian wajah. Berikutnya dewa akan menaburkan beras kuning ke arah Sultan.

Baca Juga: Sejarah Suku Paser Balik yang Jadi Asal Muasal Nama Kota Balikpapan

Setelah tepong tawar, selanjutnya dilakukan ritual ketikai lepas. Ketikai Lepas adalah sejenis anyaman dari daun kelapa yang akan terurai jika ditarik kedua ujungnya.

Dalam ritual ini, Sultan akan memegang salah satu ujung dari anyaman daun tersebut, sedangkan ujung lainnya akan ditarik oleh seorang tamu kehormatan.

Biasanya pejabat daerah atau orang yang ditunjuk khusus oleh kerabat Kesultanan menjadi salah satu tamu kehormatan yang menarik anyaman tersebut. Prosesi ini menjadi penutup dari Beluluh.

Kontributor: Maliana

Load More