SuaraKaltim.id - Kota Bontang merupakan salah satu kota di provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang terletak sekitar 120 kilometer dari Kota Samarinda.
Awalnya, Kota Bontang ini merupakan sebuah perkampungan kecil yang berada di daerah aliran sungai yang saat ini dijuluki sebagai Kota Taman.
Kemudian lambat laun berkembang di bawah sebuah pemimpin Tetua Adat, hingga berubah menjadi desa dengan kala itu masih berada dalam naungan pemerintahan swapraja Kesultanan Kutai Kertanegara.
Sebelum menjadi Kota Bontang seperti sekarang ini, kota yang berorientasi di bidang industri, jasa serta perdagangan ini memiliki legenda yang secara turun temurun diceritakan.
Dikutip dari laman resmi Setda Kota Bontang, cerita tersebut bermula dari seorang kerabat Sultan Kutai bernama Aji Pao yang memiliki tekad kuat dan semangat untuk mencari sebuah pemukiman baru.
Ia berjalan bersama beberapa orang kepercayaannya untuk mencari tempat tersebut guna memakmurkan keluarga dan para pengikutnya.
Kemudian rombongan kecil Aji Pao menemukan aliran sungai yang konon dijaga oleh makhluk halus, yang digelari sang, yang semuanya ada tiga sang, yaitu sang attak sebagai penjaga anak sungai api-api yang sekarang lebih dikenal dengan sangatta.
Kedua adalah sang kimah yang menjaga aliran anak sungai sangatta yang bercabang menjadi dua dan kini disebut sebagai sungai sangkima.
Ketiga adalah sang antan yang juga menjaga daerah aliran anak sungai api-api yang sekarang dengan sebutan sungai santan.
Baca Juga: 17 Ribu KTP Mengantar Basri-Najirah Maju Pilkada Bontang Lewat Jalur Independen
Karena sungai api-api tidak ada penunggunya, maka daerah itu diminta Aji Pao kepada ketiga sang untuk dijadikan sebagai lahan pertanian, perburuan, dan tempat untuk meramu hasil hutan.
Ketiga sang itu berkenan untuk meluluskan permintaan aji pao, dan bahkan menjanjikan untuk turut serta menjaga keamanan dan keselamatan aji pao, keluarga dan para pengikutnya.
Akhirnya masyarakat yang dipimpin oleh Aji Pao tersebut berkembang yang pada awalnya hanya terdiri dari Suku Kutai yang tekun dan semangat berusaha, kemudian mampu membangun sebuah sistem pasar.
Pasar pun mulai bertumbuh semakin maju sampai masyarakat dari luar Kalimantan berdatangan seperti dari Sulawesi, Jawa, Banjar dan suku lainnya.
Kemudian terjadilah perkawinan antar suku yang berbeda budaya, dan timbul bahasa baru yang dikenal dengan bahasa “Melayu Bontang” yang menjadi bahasa ibu masyarakat bontang hingga saat ini.
Semakin banyaknya pendatang dari berbagai suku bangsa dan bahasa yang semuanya hidup bersatu, maka Aji Pao menamakan daerah yang memang belum punya nama itu dengan sebutan Bontang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
Mobil Kecil Boleh Melintas di Jalan Tol IKN saat Nataru, Berikut Ini Jadwalnya
-
Penerapan MBG Berdampak Positif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat
-
Roda Perekonomian UMKM dan Warga Berputar Berkat Program MBG
-
Ribuan Paket MBG Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor di Sumbar
-
Malam Tahun Baru di Balikpapan Lebih Berwarna dengan Pesta 4 Zone Studio