Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Selasa, 14 Mei 2024 | 13:30 WIB
Ilustrasi ritual adat kematian Suku Dayak Tunjung. [Ist]

Malam berikutnya hari ke-2 sampai ke-4 adalah malam setangih. Pelaksanaan kegiatan ini dipimpin oleh penyentangih, yakni seseorang yang secara khusus memimpin upacara pengantaran roh orang mati.

Kemudian para anggota keluarga yang ditinggalkan membuat beraneka makanan untuk keluarganya yang baru saja meninggal dunia.

Makanan-makanan ini akan dikirimkan oleh penyentangih sambil meriwayatkan kehidupan orang yang telah meninggal itu disertai dengan pembacaan doa dan mantera.

Hari ke-5

Baca Juga: Tradisi Pra Pernikahan Suku Dayak Bahau: Ritual Sakral Menuju Kehidupan Baru

Hari ke-5 disebut nau nyolok, yaitu pembuatan solok atau lemang, tumpiq dan makanan lain oleh anggota keluarga yang ditinggalkan sebagai persiapan untuk acara selamatan yang akan dilakukan di hari berikutnya.

Hari ke-6

Hari ke-6 merupakan puncak upacara adat kematian yang disebut dengan Tohoq atau param apui.

Sanak saudara akan datang ke rumah duka membawa bahan makanan sebagai sumbangan bagi keluarga yang sedang ditimpa musibah.

Pagi harinya dilakukan upacara pemadaman api (param apui). Sumber-sumber api yang ada di dalam dan di luar rumah dipadamkan sebagai pertanda kematian sudah berakhir.

Baca Juga: Guru Bahasa Dayak Paser Dibutuhkan, Pemkab PPU Buka Formasi CASN

Hari ke-7

Load More