SuaraKaltim.id - Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat, angka inflasi di Berau pada April 2024 mencapai 3,62 persen. Angka tersebut menjadikan kabupaten tersebut sebagai daerah dengan inflasi tertinggi se-Benua Etam.
Mengenai inflasi ini, menurut Komisi II DPRD Berau selaku bagian yang membidangi ekonomi dan keuangan merupakan rapor buruk yang diterima Bumi Batiwakkal. Sebab, menjadi kendala bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dedy Okto Nooryanto dari fraksi Nasdem menyebut, tingginya angka inflasi di Berau tersebut perlu penangan serius oleh Pemkab dan organisasi perangkat daerah terkait. Sehingga nilai inflasi dapat ditekan.
"Harus ada solusi agar tidak terus meningkat," katanya, disadur dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Senin (20/05/2024).
Baca Juga: Golkar Kaltim Intensifkan Komunikasi Politik Pasca Penyerahan Formulir Bacagub Rudy Mas'ud ke PAN
Menurut pria yang akrab disapa Dedet itu, salah satu langkah yang dapat dilakukan mengatasi tingginya inflasi yakni dengan meningkatkan hasil produksi serta melakukan pengawasan dan distribusi barang.
Sebab, di pasaran beberapa bahan pokok yang mengalami kenaikan harga rerata berasal dari luar Berau, seperti beras yang didatangkan dari Sulawesi atau Jawa.
Lantaran harga yang tidak tetap dan dapat berubah-ubah setiap waktu atau fluktuatif, diakui Dedy, perlu dipertimbangkan oleh Pemkab dalam pendataan di lapangan, sehingga jika terjadi kenaikan dapat segera diminimalisir dengan pemenuhan bahan baku melalui pasar murah.
"Memang masalah harga, terutama bahan pokok itu harganya tidak tetap atau bersifat fluktuatif makanya perlu pendataan apa saja kebutuhan utama masyarakat yang mengalami kenaikan harga," jelasnya.
Dedy menduga, kenaikan harga tersebut bisa saja dipicu karena tingginya ongkos pengiriman. Karena stok atau hasil produksi beras yang masih bergantung dari luar daerah.
Baca Juga: Berau Siap Gelar Pemilu 2024, 65 PPK Dilantik dan Diminta Jaga Netralitas
Apabila tidak dilakukan hal yang demikian, maka dikhawatirkan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Berau.
Ia mendorong Pemkab Berau turun ke lapangan dengan OPD terkait, guna mengetahui persoalan mengenai sistem pengiriman.
"Kalau bisa pemerintah daerah melakukan survei terkait persoalan tersebut," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Minat Baca Masyarakat Indonesia di Posisi Mengkhawatirkan, Peringkat Kedua dari Bawah Dunia
-
NEET Singkatan dari Apa? Data BPS Ungkap Jutaan Gen Z Indonesia Sandang Status 'Bahaya' Ini
-
DPR: Pupuk Kaltim Tidak Lagi Miliki Kewajiban dalam Kasus Polis Jiwasraya Pensiunan
-
Wakil Ketua Komisi VI DPR: Pupuk Kaltim Tidak Ada Kewajiban Hukum terkait Polis Pensiunan
-
Data Ekonomi RI Tak Buat Happy 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran
Terpopuler
- Apa Sanksi Pakai Ijazah Palsu? Razman Arif dan Firdaus Oiwobo Diduga Tak Diakui Universitas Ibnu Chaldun
- Aset Disita gegara Harvey Moeis, Doa Sandra Dewi Terkabul? 'Tuhan Ambil Semua yang Kita Punya...'
- Ragnar Oratmangoen: Saya Mau Keluar dari...
- Ragnar Oratmangoen Tak Nyaman: Saya Mau Kembali ke Belanda
- Bagaimana Nih? Alex Pastoor Cabut Sebulan Sebelum Laga Timnas Indonesia vs Australia dan Bahrain
Pilihan
-
Rusuh Persija vs Persib: Puluhan Orang Jadi Korban, 15 Jakmania, 22 Bobotoh
-
Dukungan Penuh Pemerintah, IKN Tetap Dibangun dengan Skema Alternatif
-
Perjuangan 83 Petani Kutim: Lahan Bertahun-tahun Dikelola, Kini Diklaim Pihak Lain
-
Persija vs Persib Bandung, Ridwan Kamil Dukung Siapa?
-
Jordi Amat Bongkar Dugaan Kasus Pencurian Umur: Delapan Pemain..
Terkini
-
Dukungan Penuh Pemerintah, IKN Tetap Dibangun dengan Skema Alternatif
-
Perjuangan 83 Petani Kutim: Lahan Bertahun-tahun Dikelola, Kini Diklaim Pihak Lain
-
ASN Kutim Pesta dan Saweran di Kantor, Warganet: Abis Cair dari Proyek?
-
Basuki Hadimuljono Soal Klub Malam di Nusantara: Belum Tentu Negatif
-
Sinyal Positif! NTP Kaltim Awal Tahun Menguat, Apa Penyebabnya?