Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Kamis, 23 Mei 2024 | 15:30 WIB
Ilustrasi Kehidupan Kerajaan Kutai Kertanegara. [Ist]

SuaraKaltim.id - Kehidupan Kerajaan Kutai Kertanegara yang memasuki zaman baru ada pada tahun 1500 sampai 1800 Masehi.

Memasuki abad ke-15 tersebut, Kerajaan Kutai Kertanegara ini dipimpin oleh Aji Pangeran Tumenggung Baya-baya atau Pangeran Rubayan Anom yang memimpin pada 1475-1525 M.

Kerajaan Kutai Kertanegara kemudian berubah nama setelah menaklukan Kerajaan Kutai Martapura menjadi Kerajaan Kutai Kertanegara ing Martadipura.

Setelah ribuan tahun tumbuh menjadi sebuah negara, kerajaan ini sudah pasti mempunyai sistem pemerintahan dan ketatanegaraan yang baik.

Baca Juga: Mengenal Tarsul, Seni Bertutur Mirip Pantun Khas Masyarakat Kutai

Sementara rakyatnya, mereka pada umumnya memenuhi kebutuhan hidupnya dari penyediaan alam.

Kala itu, masyarakat lebih cenderung bersifat menerima begitu saja penyediaan alam karena hampir tidak ada proses untuk mengolah yang ada di alam itu.

Hal itu karena tidak ada atau terbatasnya media atau alat, pengetahuan, pengalaman dan perbandingan dengan masyarakat luar.

Saat itu masyarakat dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa dunia ini hanyalah lingkungan sekitar mereka hidup saja.

Raja, menteri, penggawa dan petinggi dalam periode ini hanya berkesempatan sedikit untuk memikirkan usaha pengangkatan taraf hidup masyarakat.

Baca Juga: Melak Terparah, Banjir di Kutai Barat Rendam 4 Kecamatan dan Lumpuhkan Transportasi

Sementara, kerajaan di zaman baru awal kala itu memiliki kepercayaan Hindu atau Budha. Saat itu kerajaan belum terpengaruh oleh Islamisasi.

Bahkan dalam permulaan berdirinya Kerajaan Kutai Kertanegara, dapat kita katakan alam pikiran dan kepercayaan pada sebagian besar masih dipengaruhi dan berpegang kepada ajaran-ajaran Hindu atau Budha.

Contoh nyata dari alam pikiran ini adalah saat itu Raja dianggap sebagai penjelmaan Dewa. Kemudian selalu mengadakan Upacara penobatan Raja ketika ada pergantian kekuasaan.

Sampai-sampai dalam suatu hikayat ada disebut bahwa ibu dari Paduka Nira berpesan jika anaknya meninggal maka tulang-tulang mayatnya ini disimpan dalam suatu guci dan guci itu disimpan dalam suatu candi.

Sayangnya candi itu hingga sekarang belum ditemukan, atau bisa saja sudah rusak karena terbuat dari kayu.

Kontributor : Maliana

Load More