SuaraKaltim.id - Gerakan Solidaritas Masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) terus memperjuangkan haknya atas tanah yang terdampak pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Mereka menuntut keadilan dan transparansi dari pemerintah terkait sengketa lahan ini.
Sebelumnya, ratusan warga dari 4 desa lingkar IKN yakni Pemaluan, Rico, Maridan, dan Telemow telah melakukan demo di depan Kantor Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) PPU, untuk menuntut haknya beberapa waktu lalu.
Senin (03/06/2024), salah satu jaringan televisi publik berskala nasional di Kalimantan Timur (Kaltim) mengundang sejumlah narasumber dalam program "Dialog Publika", di antaranya Kepala Kantor Pertanahan PPU, Kepala Perwakilan Ombudsman Kaltim, dan Koordinator Solidaritas Masyarakat PPU, untuk membahas permasalahan lahan antara warga PPU dan wilayah IKN.
Koordinator Gerakan Solidaritas Masyarakat PPU, Yusuf Ibrahim menjelaskan, permasalahan sengketa lahan tersebut salah satunya mengarah kepada Hak Guna Usaha (HGU) di wilayah yang terdampak.
Baca Juga: Menuju Generasi Sehat Bebas Stunting: Komunitas Isi Piringku Digagas di PPU
"Keberadaan masyarakat di situ, perlu diketahui oleh pemerintah. Faktanya, bukan masyarakat yang masuk ke HGU, tapi HGU yang memaksa tanah masyarakat masuk ke sana," ujarnya, disadur dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com di hari yang sama.
Yusuf Ibrahim mengungkapkan, mereka tidak pernah dilibatkan dalam pembahasan terkait sengketa lahan IKN. Padahal, lahan tersebut merupakan tempat tinggal dan sumber penghidupan mereka selama berpuluh-puluh tahun.
Bahkan, salah satu kuburan nenek moyang mereka tertulis tahun 1947. Artinya, para leluhur sudah tinggal disana sebelum Indonesia merdeka.
"Kami tidak pernah dilibatkan sama sekali oleh pemerintah soal permasalahan lahan di PPU ini. Perkampungan kami dijadikan hutan produksi, ratusan ribu hektare diambil oleh mereka hingga ulin kami ditebang. Begitu mempertahankan satu hektare saja, kami dilabrak oleh pemerintah. Kenyataannya seperti itu adanya," jelasnya.
"Ribuan KK yang terdampak. Di ibu kota itu kelihatan indah akan ceritanya, dibalik itu semua ada jeritan-jeritan warga dan tangisan luar biasa banyak," tambahnya.
Baca Juga: Warga PPU Tegaskan Keinginan Akan Pemimpin Asli Daerah
Masyarakat PPU yang terdampak lahannya atas pembangunan IKN, mengaku kesulitan untuk menyampaikan keluhannya ke Kepala Otorita IKN. Ibrahim menyebut, pihak otorita sangat sulit untuk ditemui.
"Otorita IKN itu gaib. Bilangnya di Balikpapan, Sepaku, saat didatangi tidak ada sama sekali. Ada juga yang ke jakarta, kepalanya sulit untuk ditemui," ujarnya.
Ibrahim berharap dapat mengadu kepada Presiden Jokowi untuk menyampaikan permasalahan ini dan mencari solusi yang adil. Terlebih, tanggal 17 Agustus 2024 nanti akan diselenggarakan upacara kemerdekaan di wilayah IKN.
"Seandainya bisa bertemu Presiden Jokowi, kami akan menyampaikan. Jokowi selalu mengatakan jangan ada lagi sengketa lahan, dipermudah jangan dipersulit, tapi nyatanya tidak begitu," ungkapnya.
Penjelasan BPN PPU
Terpisah, Kepala Kantor ATR/BPN PPU, Ade Chandra, menjelaskan bahwa tidak ada Hak Guna Usaha (HGU) di dalam perusahaan yang berada di daerah Kecamatan Sepaku yang masuk kawasan Ibu Kota Negara.
"Di IKN tidak ada HGU, yang ada konsesi atau hutan tanaman industri. Kalau berbicara itu, urusannya ke Kementerian Kehutanan dong, bukan ATR/BPN," kata Ade.
Ia menyebut, lokasi yang dipakai masyarakat masuk ke dalam HPL (Hak Pengelolaan atau kewenangan kepemilikan yang dikelola negara. HPL tersebut ditumpangi oleh Hutan Tanaman Industri (HTI), dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berkebun atau bermukim.
"Intinya dulu kawasan hutan lah, kemudian dikeluarkan jadi HPL, lalu dibebani dengan HTI. Itu yang dikeluhkan masyarakat," tuturnya.
Berita Terkait
-
IKN Bakal Mangkrak Buntut Prabowo Stop Anggaran Infrastruktur Baru? Rocky: Pukulan Bagi Jokowi
-
Kemensos dan Kemen Imipas Jalin Kerjasama Rehabilitasi Sosial Warga Binaan
-
Menkum Supratman Bocorkan Kapan Prabowo Pindahkan Ibu Kota ke IKN
-
Bongkar Praktik Licik Lapas Tanjung Raja, Robby Minta Tolong Presiden Prabowo
-
Bos OIKN Serahkan Masalah Kereta Tanpa Rel ke Anak Buah
Tag
Terpopuler
- Kejanggalan LHKPN Andika Perkasa: Harta Tembus Rp198 M, Harga Rumah di Amerika Disebut Tak Masuk Akal
- Marc Klok: Jika Timnas Indonesia Kalah yang Disalahkan Pasti...
- Niat Pamer Skill, Pratama Arhan Diejek: Kalau Ada Pelatih Baru, Lu Nggak Dipakai Han
- Datang ke Acara Ultah Anak Atta Halilintar, Gelagat Baim Wong Disorot: Sama Cewek Pelukan, Sama Cowok Salaman
- Menilik Merek dan Harga Baju Kiano saat Pesta Ulang Tahun Azura, Outfit-nya Jadi Perbincangan Netizen
Pilihan
-
Tim Resmob Tangkap Pelaku Pembunuhan Tragis di Morowali yang Kabur ke Kaltim
-
Potret Nadia Raysa Mantan Marselino Ferdinan: IG-nya Diserbu Penggemar Usai Menang Lawan Arab
-
Harga Emas Antam Terbang Tinggi Jelang akhir Pekan, Tembus Rp1.520.000/Gram
-
Dinilai Hina Janda, Ridwan Kamil Kena Semprot Susi Pudjiastuti: Mau Omong Apa?
-
5 HP Samsung Rp 1 Jutaan dengan Kamera 50 MP, Murah Meriah Terbaik November 2024!
Terkini
-
Tim Resmob Tangkap Pelaku Pembunuhan Tragis di Morowali yang Kabur ke Kaltim
-
1.202 TPS di Samarinda Siap Dijaga 2.404 Linmas
-
Aliansi Mahasiswa Paser Desak Usut Percobaan Pembunuhan dan Stop Hauling Batu Bara
-
Generasi Z hingga Baby Boomers: Isran-Hadi Dominasi Survei Poltracking
-
Bimtek Rp 162 Miliar, Akmal Malik Minta Pengawasan DPRD Terkait Anggaran di Bontang