Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Jum'at, 06 Desember 2024 | 18:52 WIB
Ilustrasi inflasi. [Ist]

SuaraKaltim.id - Inflasi di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) berada pada tingkat yang terkendali hingga November 2024, menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Indeks Harga Konsumen (IHK) Balikpapan mencatat inflasi 0,10 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), meningkatkan inflasi tahunan menjadi 1,19 persen (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 1,55 persen yoy.

Faktor utama penyumbang inflasi di Balikpapan adalah kenaikan harga bawang merah, kopi bubuk, tomat, emas perhiasan, dan angkutan udara.

Menurunnya pasokan bawang merah dan tomat akibat curah hujan tinggi menjadi pemicu utama, sementara kenaikan harga kopi bubuk dan emas disebabkan oleh faktor distributor serta fluktuasi harga emas global.

Baca Juga: Rp 10 Ribu Per Hari, Uji Coba Makan Bergizi Gratis Dimulai di PPU, Samarinda, dan Balikpapan

Permintaan angkutan udara yang meningkat menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru (Nataru) juga turut andil.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Balikpapan, Robi Ariadi, mengungkapkan bahwa beberapa komoditas seperti beras, ikan layang, dan kangkung mengalami deflasi karena peningkatan pasokan.

“Pasokan yang meningkat, khususnya hasil tangkapan nelayan, berhasil menahan inflasi lebih lanjut,” ujar Robi dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (06/12/2024) dari KaltimToday.co--Jaringan Suara.com.

Kabupaten PPU juga mengalami inflasi sebesar 0,15 persen mtm pada November 2024, setelah mencatat deflasi pada bulan sebelumnya.

Inflasi tahunan di daerah ini mencapai 0,90 persen yoy, lebih rendah dari rata-rata nasional dan gabungan empat kota di Kalimantan Timur (Kaltim).

Baca Juga: Masa Tenang Pilkada, Bawaslu Balikpapan: Bukan Masa yang Tenang

Peningkatan harga bawang merah, tomat, sawi hijau, semangka, dan kopi bubuk menjadi kontributor utama inflasi di PPU.

Pasokan yang terbatas akibat curah hujan tinggi menjadi alasan utama kenaikan harga komoditas tersebut.

Meski terjadi inflasi, survei konsumen yang dilakukan oleh KPwBI Balikpapan menunjukkan tingkat optimisme masyarakat tetap terjaga, meskipun sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya.

Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Ekonomi ke depan (IEK) masih berada pada level positif. Selain itu, transaksi QRIS di Balikpapan dan PPU meningkat masing-masing 9,18 persen dan 9,22 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Robi Ariadi menambahkan, sinergi yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dengan pemerintah daerah dan Bank Indonesia memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas harga.

Langkah strategis yang diambil meliputi gelar pangan murah, operasi pasar, kerja sama antar daerah, dan promosi gerakan tanam cabai serta hortikultura.

“Ke depan, kami akan terus mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) guna memastikan inflasi daerah tetap berada pada rentang target nasional, yakni 2,5 persen ± 1 persen,” pungkas Robi.

Load More