“Dari informasi yang saya terima oleh call center 135, saya diminta untuk melampirkan surat keterangan analisa kerusakan atau failure analysis report (FAR) dari bengkel,” jelasnya.
Setelah dicek keesokan harinya, pihak bengkel menemukan adanya endapan substansi seperti jeli di dalam tangki BBM ambulans.
“Endapannya sampai masuk ke filter, filternya ngeblok jadi pompanya kerja lebih keras. Kemudian akhirnya performa pompanya turun dan harus diganti,” lanjut Budi.
Sayangnya, saat itu pompa bahan bakar yang diperlukan sedang tidak tersedia di bengkel resmi, sehingga Budi harus memesannya dari luar.
Meskipun RDP telah menghasilkan berita acara, Budi mengaku belum puas karena belum ada solusi yang benar-benar menjawab kekhawatirannya.
Menanggapi hal itu, Hairul Anwar juga menilai bahwa hasil RDP belum menyentuh akar persoalan dari fenomena brebet.
“Kalau Covid ada masalahnya, jelas ketahuan, bagaimana solusinya, sehingga orang tahu pemerintah bilang, Covid selesai ya sekarang,” katanya.
“Ini kita tidak tahu masalahnya apa? Katanya tercampur BBM, air apalah, terserah lah. Tapi kan kita enggak tahu pasti apa?” tegas Hairul.
Menurut Hairul, RDP seharusnya menjadi momen bagi pemerintah provinsi, Pertamina, dan instansi terkait untuk mengambil langkah konkret dan terukur.
Baca Juga: Saat Motor Brebet Jadi Isu Publik, Pemerintah Dinilai Gagal Jaga Komunikasi Krisis
“Pertama, siapa yang akan mem-follow up? Mau dibentuk tim kah? Mau dinas tertentu kah segala macam, kemudian ada timeline yang akan diselesaikan? Kalau belum, maka belum ada kepastian,” ujarnya.
Ia menambahkan, Pertamina seharusnya mampu menelusuri seluruh rantai distribusi BBM dari produksi hingga sampai ke SPBU, sehingga bisa melakukan kompensasi berdasarkan hasil investigasi tersebut.
Hal ini penting agar masyarakat tidak terus merasa cemas dalam membeli BBM.
“Pada dasarnya, sebenarnya kita bukan mencari siapa yang bertanggung jawab. Ya kayak kecelakaan pesawat lah, setengah mati dicari penyebabnya, supaya tidak terjadi lagi,” lanjutnya.
“Ini kalau tidak ada, semua begini aja. Nanti 5 bulan lagi, tahun depan berhebat lagi, rusak lagi, ya masa itu terus, kapan selesainya?” sambung Hairul.
Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda berencana memberikan bantuan kompensasi sebesar Rp300 ribu kepada warga yang terdampak. Namun, menurut Hairul, langkah itu tidak menyentuh akar persoalan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
Terkini
-
CEK FAKTA: Benarkah Ada Pendaftaran Program Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan Rp 20 Triliun?
-
CEK FAKTA: Benarkah Luhut Ditetapkan Jaksa Agung sebagai Tersangka Korupsi Lahan?
-
CEK FAKTA: Klaim Wamenag Muhammad Syafii Setujui Hukuman Mati Koruptor
-
CEK FAKTA: Unggahan Soal PSI Usulkan Gibran dan Jokowi di Pilpres 2029
-
Rencana Pengerukan Mahakam Picu Perdebatan: Solusi Banjir atau Pemborosan Anggaran?