Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Minggu, 13 April 2025 | 15:54 WIB
Suasana kegiatan Sinempuan di Tempat Rahasia, Jalan Dr. Sutomo, Samarinda pada Sabtu, (12/05/2025). [SuaraKaltim.id/Giovanni Gilbert]

SuaraKaltim.id - Komunitas Puan Lestari mengadakan kegiatan nonton bareng (nobar) film Mahakam Love Story disertai diskusi bertajuk Perjuangan Penyintas Kekerasan Seksual, yang berlangsung di Tempat Rahasia, Jalan Dr. Sutomo, Samarinda, pada Sabtu (12/05/2025).

Acara bertajuk Sinempuan (Sinema dan Puan) ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Psikolog Klinis R. R. Rani Meita Pratiwi Subagyono dan Fatqurozi, sang sutradara film.

Dipandu oleh Elsye Christina, para peserta diajak menyaksikan film berdurasi 43 menit tersebut, yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi berdasarkan tema utama kegiatan.

Film Mahakam Love Story mengisahkan kehidupan Dara, seorang mahasiswi semester akhir yang menyimpan trauma masa lalu, sehingga membuat hubungannya dengan orang lain kerap berakhir.

Baca Juga: Alam Bernyanyi, Gerakan Kecil untuk Masa Depan Hijau

“Mahkamah Love Story mengusung tentang kekerasan seksual di usia dini khususnya yang menjadi trauma di toko utama yang dimainkan,” kata Fatqurozi.

Trauma yang dialami Dara memicu reaksi tidak biasa. Ketika tangannya disentuh lawan jenis, ingatan kelam masa lalunya seketika muncul dan menghantui.

Namun, suatu hari, Wildan—seorang pria—secara tidak sengaja menggenggam tangan Dara. Anehnya, sentuhan itu tidak menimbulkan reaksi traumatik seperti sebelumnya.

Dari momen tersebut, hubungan mereka berkembang dan dipenuhi kebahagiaan, sampai akhirnya muncul kembali sosok dari masa lalu yang menjadi sumber trauma Dara.

Cerita cinta antara Dara dan Wildan dikemas dengan latar indah Sungai Mahakam sebagai ikon pariwisata Samarinda, serta lokasi-lokasi menarik lainnya di Kota Tepian.

Baca Juga: Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik

“Intinya saya pengen semua orang itu punya masa depan yang bahagia walaupun punya masa lalu yang buruk,” lanjutnya.

Suasana kegiatan Sinempuan di Tempat Rahasia, Jalan Dr. Sutomo, Samarinda pada Sabtu, (12/05/2025). Film Mahakam Love Story mengisahkan kehidupan Dara, seorang mahasiswi semester akhir yang menyimpan trauma masa lalu, sehingga membuat hubungannya dengan orang lain kerap berakhir.
[SuaraKaltim.id/Giovanni Gilbert]

Rani, sapaan akrab psikolog klinis tersebut, menyampaikan bahwa film ini sudah cukup mewakili kenyataan yang ada, terutama di Samarinda.

Menurutnya, melalui film ini, penonton diajak menyadari pentingnya langkah nyata dalam mendukung penyintas kekerasan seksual.

“Kita tidak boleh menutup diri terhadap kasus-kasus terutama kekerasan seksual. Tetapi, di tahun ini kita para generasi yang sudah sadar diharapkan melalui karya, untuk yuk kita sama-sama membantu para korban yang akhirnya menjadi pejuang dan penyintas,” kata Rani.

Ia menekankan bahwa perjuangan sebagai korban kekerasan seksual tidak mudah jika harus dilalui sendiri.

Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk turut peduli dan membantu menghubungkan para penyintas dengan pihak-pihak yang dapat memberi pertolongan.

“Dalam hal ini tenaga kesehatan atau mungkin orang-orang yang bisa dipercaya sebagai yang bisa mendengarkan itu,” sambungnya.

Rani juga berharap film Mahakam Love Story bisa dibuat dalam versi lebih panjang (extended version) agar cerita dari sudut pandang karakter lain bisa lebih tergali.

“Yang paling penting adalah bukan terkait masalahnya. Tapi, bagaimana si aktor ini berjuang melawan trauma menghadapi traumatisnya, menerima kondisi ini sebagai bagian dari yang sudah dialami,” tuturnya.

Sebagai catatan, Mahakam Love Story merupakan karya sineas lokal Samarinda yang diproduksi bersama Dinas Pariwisata (Dispar) Kalimantan Timur (Kaltim).

Film ini tidak hanya mengangkat isu sosial, tetapi juga bertujuan mempromosikan potensi pariwisata, terutama keindahan Sungai Mahakam.

Berbeda dengan promosi wisata pada umumnya yang mengandalkan video pendek, vlog, foto, atau tulisan, mereka memilih media film pendek bergenre percintaan.

Film ini merupakan produksi kedua Dispar Kaltim sepanjang 2023, setelah sebelumnya merilis film pendek horor berjudul Hantu Banyu.

Kontributor: Giovanni Gilbert 

Load More