Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Kamis, 15 Mei 2025 | 13:24 WIB
Kondisi sawah terendam banjir di Kelurahan Lempake, Samarinda. [ANTARA]

SuaraKaltim.id - Hujan deras yang mengguyur Samarinda belum lama ini kembali membawa dampak berat bagi petani.

Sekitar 50 hektare sawah di Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, kini terendam banjir dan terancam gagal panen.

Bencana berulang ini menegaskan betapa rentannya sektor pertanian terhadap cuaca ekstrem, terlebih dengan minimnya perlindungan bagi petani.

Adung KS Utomo, Ketua Kelompok Tani Krida Karya Utama sekaligus Manajer Brigade Pangan Suluh Manuntung Samarinda, Rabu, 14 Mei 2025, menyatakan kondisi air belum menunjukkan tanda-tanda surut.

Baca Juga: Putusnya Jalur Vital SamarindaBalikpapan, Warga Minta Solusi Cepat

Bahkan, hujan yang terus turun sejak Selasa sore justru memperparah banjir.

"Untuk wilayah sawah di Kecamatan Samarinda Utara, memang di Kelurahan Lempake yang terparah," ujarnya, disadur dari ANTARA, Kamis, 15 Mei 2025.

Menurut Adung, sawah di Betapus, Girirejo, hingga Muang Ilir menjadi area paling terdampak.

Tanaman padi di sana dalam berbagai fase pertumbuhan—mulai dari bunting, keluar malai, hingga siap panen.

"Bahkan, ada petani yang sudah memanen namun hasil panennya ikut terendam dan hanyut," ucapnya.

Baca Juga: Kritik Dibalas Serangan Data, Pengamat: Demokrasi Kita Sedang Terancam

Wilayah Samarinda Utara sebenarnya memiliki target olah tanam seluas 210 hektare.

Namun, sekitar seperempatnya kini menghadapi ancaman gagal panen akibat banjir.

Situasi ini diperparah dengan minimnya jaminan perlindungan, seperti asuransi pertanian, yang prosesnya dianggap rumit dan tidak efektif saat dibutuhkan.

"Ini tanam yang kedua. Yang pertama waktu banjir yang bulan Januari 2025. Nah, setelah itu kami tanam kembali, lalu sudah mendekati panen kebanjiran lagi hari ini," keluh Adung.

Ia menyebutkan salah satu rekan petani bahkan telah mengeluarkan biaya sekitar Rp7 juta untuk mengolah lahan kurang dari dua hektare—modal yang kini hampir pasti lenyap.

Adung berharap pemerintah memberikan perhatian khusus dalam bentuk subsidi atau jaminan pertanian yang lebih mudah diakses, mengingat bencana seperti banjir bukan sesuatu yang bisa dikendalikan petani.

Di sisi lain, Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Kaltim, Siti Farisyah Yana, menyebutkan bahwa Mei hingga Juni memang merupakan masa tanam bagi petani.

"Kami terus memantau perkembangan di lapangan melalui petugas yang melakukan pembaruan data setiap hari," ujarnya.

Yana menambahkan, pihaknya tengah mengidentifikasi dampak banjir dan menyiapkan bantuan, terutama benih, agar petani bisa kembali menanam setelah banjir surut.

Ia berharap cuaca membaik di bulan Juni agar proses percepatan tanam bisa berjalan optimal.

Perpustakaan Kaltim Terdampak Banjir, Buku Bacaan Anak Jadi Korban

Banjir yang melanda Samarinda pada Senin, 12 Mei 2025, turut merendam sejumlah fasilitas publik, termasuk Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kalimantan Timur (Kaltim).


Salah satu bagian terdampak adalah koleksi buku bacaan anak yang berada di lantai dasar gedung.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Deposit, Pelestarian, dan Pengembangan Koleksi Bahan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kaltim, Endang Effendi, Selasa, 13 Mei 2025.

"Iya terendam, untuk kategori buku bacaan anak," jelas Endang Effendi, disadur dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Rabu, 14 Mei 2025.

Meskipun tidak merinci jumlah pasti kerusakan, Endang mengungkapkan bahwa berdasarkan dokumentasi video dari petugas, diperkirakan ada ratusan buku yang ikut terendam air.

"Besok baru akan kami hitung, berapa total yang rusak ataupun basah," tutur Endang.

Kondisi ini menambah daftar tantangan layanan perpustakaan di tengah cuaca ekstrem. Namun menariknya, semangat pengunjung tak luntur meski fasilitas terkena dampak.

"Pelayanan seperti kondisi banjir pada hari kerja sebelum-sebelumnya, pengunjung itu tetap datang meskipun tahu kondisi banjir, mereka tetap datang," katanya.

Banjir kemarin menggenangi bagian bawah gedung hingga setinggi betis orang dewasa, memaksa pemadaman listrik di area tersebut.

Untungnya, ruang-ruang perpustakaan di lantai dua dan tiga tetap aman dan bisa difungsikan.

Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, pembersihan sudah dilakukan sejak pagi.

Endang menambahkan, pihaknya telah mengusulkan bantuan rehabilitasi ringan kepada Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kaltim sebagai solusi jangka panjang.

"Hari ini tadi sudah ada pembersihan, besok kami akan cek terkait buku-buku yang terdampak," tuturnya.

Load More