SuaraKaltim.id - Fenomena perubahan cuaca yang belakangan melanda Balikpapan bukan hanya mengganggu aktivitas harian, tapi juga menjadi pemicu munculnya berbagai gangguan kesehatan. Kondisi ini pun mendapat perhatian khusus dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Balikpapan.
Kepala Dinkes Balikpapan, Alwiati, mengingatkan masyarakat agar tak lengah menghadapi masa peralihan dari musim hujan ke kemarau yang berlangsung dengan fluktuasi suhu ekstrem.
Hal itu disampaikan Alwiati saat berada di Balikpapan, Sabtu, 31 Mei 2025.
“Perubahan cuaca yang terjadi belakangan ini cukup ekstrem dan tidak menentu,” kata Alwiati, Sabtu (31/5).
Baca Juga: Antrean BBM di Balikpapan Mulai Terurai, SPBU Kini Beroperasi 24 Jam
Ia menekankan bahwa tubuh manusia membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang berubah cepat.
Ketika transisi berlangsung antara cuaca panas dan hujan deras, atau dari udara kering ke lembap, daya tahan tubuh bisa menurun drastis.
“Tubuh manusia perlu waktu untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Dari cuaca panas terik lalu tiba-tiba hujan deras, atau dari udara kering ke lembap, itu bisa membuat daya tahan tubuh menurun,” ujarnya.
Dalam situasi seperti ini, risiko terkena penyakit musiman seperti batuk, pilek, flu, demam, hingga infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) cenderung meningkat.
Untuk itu, Alwiati mengimbau warga agar mulai membiasakan kembali pola hidup sehat, termasuk mencukupi kebutuhan cairan, makan bergizi, serta menjaga waktu istirahat.
Baca Juga: Ketua DPRD Balikpapan Desak Pertamina Minta Maaf Terbuka soal Krisis BBM
“Penting sekali mengkonsumsi makanan bergizi, memperbanyak asupan air putih dan vitamin, serta istirahat yang cukup agar imunitas tetap terjaga,” ujarnya.
Tak hanya penyakit pernapasan, potensi penyebaran demam berdarah dengue (DBD) juga masih menjadi kekhawatiran, apalagi nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang biak cepat saat cuaca berubah-ubah.
Dinkes mengajak masyarakat menjalankan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara konsisten dengan menerapkan 4M Plus: menguras, menutup, mengubur, dan memantau tempat-tempat penampungan air.
Selain itu, Alwiati juga mengingatkan pentingnya penggunaan masker, terutama saat sedang flu atau beraktivitas di tempat ramai.
“Bagi yang sudah mengalami gejala flu sebaiknya membatasi interaksi dengan orang lain, istirahat di rumah, dan memakai masker agar tidak menularkan virus ke orang sekitar,” katanya.
Dinkes berharap, dengan kesadaran kolektif dan gaya hidup sehat, masyarakat Balikpapan bisa melalui masa peralihan cuaca ini tanpa gangguan kesehatan serius.
Tembus 2.210 Kasus, DBD Kaltim Jadi Alarm Kesehatan Jelang Musim Hujan
Memasuki pertengahan tahun 2025, lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kalimantan Timur menjadi perhatian serius.
Berdasarkan data terbaru dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Dinkes Kaltim), tercatat sebanyak 2.210 kasus DBD menyebar di seluruh kabupaten/kota di wilayah tersebut.Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin, menegaskan pentingnya pemantauan secara intensif sebagai bagian dari strategi pengendalian DBD.
Hal itu disampaikan Jaya, di Samarinda, Minggu, 1 Juni 2025.
“Kami terus memantau perkembangan kasus DBD di seluruh wilayah Kalimantan Timur,” ujarnya disadur dari ANTARA, di hari yang sama.
Balikpapan menjadi daerah dengan jumlah kasus terbanyak yakni 602 kasus, disusul Penajam Paser Utara (PPU) sebanyak 409 kasus, serta Kutai Kartanegara (Kukar) dengan 407 kasus.
Beberapa daerah lain seperti Kutai Timur (Kutim) 252, Samarinda 199, dan Bontang 130 kasus juga mencatatkan angka signifikan.
Ironisnya, kasus kematian akibat DBD juga dilaporkan, masing-masing satu kasus di Kukar, Berau, Balikpapan, PPU, dan Kutim.
Jaya mengingatkan bahwa musim hujan merupakan periode rawan penyebaran penyakit, bukan hanya DBD tetapi juga infeksi lain seperti leptospirosis.
Oleh karena itu, masyarakat diminta lebih waspada dan aktif melakukan pencegahan.
“Pencegahannya meliputi melakukan 3M Plus, yaitu menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang-barang bekas, serta melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),” ungkap Jaya.
Ia juga mengingatkan pentingnya penggunaan kelambu, losion anti-nyamuk, dan bahkan mempertimbangkan vaksinasi DBD sebagai bentuk perlindungan tambahan.
Tak kalah penting, masyarakat diminta untuk tidak menunda pemeriksaan medis apabila mengalami gejala seperti demam mendadak, nyeri otot, atau bintik merah di kulit, karena deteksi dini sangat krusial dalam penanganan DBD.
Dengan peran aktif warga dan dukungan berkelanjutan dari pemerintah, Dinkes Kaltim optimistis angka penyebaran DBD dapat ditekan secara signifikan. Pencegahan sejak dini menjadi kunci utama.
Berita Terkait
Terpopuler
- Jelang Lawan Timnas Indonesia, Pemain China Emosi: Saya Lihat Itu dari Kamar Hotel
- 9 Mobil Bekas Murah Sekelas Alphard Mulai Rp 60 Juta: Captain Seat Nyaman Selonjoran
- 5 Rekomendasi Moisturizer untuk Usia 50 Tahun ke Atas: Wajah Jadi Lembap dan Awet Muda
- 6 Rekomendasi Motor Touring 250cc Bekas: Performa Berkelas, Harga Mulai Rp40 Jutaan
- 7 Mobil Bekas Toyota-Suzuki: Harga Mulai Rp40 Jutaan, Cocok buat Keluarga Kecil
Pilihan
-
Ustaz Yahya Waloni Meninggal Dunia saat Khutbah Jumat, Ini Profilnya
-
12 Mobil Bekas di Bawah Rp100 Juta Bukan Innova, Kabin Lapang Muat Banyak Keluarga
-
3 Rekomendasi HP Murah Terbaik 2025: Harga Mulai Rp 300 Ribuan, RAM 6 GB dan Cocok untuk Pelajar!
-
7 Rekomendasi Hybrid Sunscreen SPF 50, Tangkis Sinar UV Cegah Penuaan Dini
-
Daftar 7 Mobil Bekas Murah Semewah Alphard, Harga Mulai Rp 60 Jutaan dan Nyaman Buat Keluarga!
Terkini
-
Daftar 6 Pinjol Syariah Resmi OJK, Bebas Riba dan Aman Cairkan Dana Darurat!
-
Daftar 7 Link DANA Kaget Resmi Hari Ini, Jangan Tertipu Tautan Saldo Gratis Palsu!
-
3 Rekomendasi HP Murah Terbaik 2025: Harga Mulai Rp 300 Ribuan, RAM 6 GB dan Cocok untuk Pelajar!
-
Daftar 7 Mobil Bekas Murah Semewah Alphard, Harga Mulai Rp 60 Jutaan dan Nyaman Buat Keluarga!
-
5 Link DANA Kaget Terbaru, Buruan Klaim Saldo Gratismu Sekarang Juga!