SuaraKaltim.id - Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah pusat memberi dampak langsung terhadap industri perhotelan di Kalimantan Timur (Kaltim).
Sektor yang selama ini menjadi mitra strategis dalam mendukung promosi pariwisata daerah kini mengalami perlambatan signifikan.
Dampaknya terasa mulai dari menurunnya okupansi kamar hingga terganggunya keberlangsungan operasional hotel.
Tidak hanya pengusaha, wisatawan pun mulai merasakan imbasnya dalam bentuk pengurangan fasilitas hingga fluktuasi harga.
Baca Juga: Kaltim Luncurkan Rintisan Sekolah Rakyat, Fokus Angkatan Pertama SMA
“Dampak nyata dari efisiensi anggaran akan adanya gelombang PHK yang sangat besar. Contohnya Bali sebagai kota wisata saja, sudah banyak sekali mem-PHK karyawan,” ucap Armunanto, Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Samarinda, Rabu, 4 Juni 2025.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, tingkat hunian hotel berbintang di wilayah ini pada Maret 2025 hanya mencapai 36,43 persen.
Angka ini anjlok 16,35 poin dibandingkan bulan sebelumnya dan 17,06 poin lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu.
Hotel non-bintang pun tak luput dari tekanan. Tingkat okupansinya hanya menyentuh 21,85 persen, menurun dari bulan sebelumnya maupun dari catatan tahun lalu.
Armunanto menambahkan, di Samarinda sendiri penurunan okupansi bisa mencapai 30 persen.
Baca Juga: Setelah BIG Mall Terbakar, Pemerintah Kota Siap Evaluasi Bangunan Komersial
Hal ini tentu mengganggu ritme bisnis yang selama ini bergantung pada agenda-agenda pemerintah.
“Samarinda saja itu menurun drastis sampai 30 persen, yang tadinya okupansi kita bisa sampai 80 bahkan 90 persen. Sekarang, kalau berkurang drastis, kita mau bayar gaji karyawan atau mau bayar operasional hotel, itu tidak bisa kurang,” tegasnya.
Kondisi ini diperparah dengan absennya agenda rapat dan event pemerintah yang biasanya menyumbang lebih dari separuh pendapatan hotel.
“Sedangkan kita tahu, di event MICE atau event-event dari pemerintah itu mengakomodir 50 sampai 70 persen. Jadi sangat signifikan kalau event tersebut ditiadakan dan itu sangat berdampak dengan kekuatan pendanaan dari setiap hotel, untuk rutinitas membiayai operasionalnya,” lanjutnya.
Sementara itu, dari sisi lama menginap, tidak banyak perubahan yang terjadi.
Rata-rata tamu hotel berbintang menginap 1,45 hari, dengan wisatawan mancanegara bertahan sedikit lebih lama di 2,11 hari. Wisatawan domestik rata-rata menginap 1,44 hari.
- 1
- 2
Berita Terkait
Tag
Terpopuler
- Jelang Lawan Timnas Indonesia, Pemain China Emosi: Saya Lihat Itu dari Kamar Hotel
- Jay Idzes Akhirnya Pamerkan Jersey Biru Bergaris!
- Dear Erick Thohir! Striker Pencetak 29 Gol Keturunan Kota Petir Ini Layak Dinaturalisasi
- Kontroversi Bojan Hodak di Kroasia, Sebut Persib Bandung Hanya Tim Papan Bawah
- 7 Rekomendasi Mobil Murah dengan Sunroof, Harga mulai Rp 80 Jutaan
Pilihan
-
12 Mobil Bekas di Bawah Rp100 Juta Bukan Innova, Kabin Lapang Muat Banyak Keluarga
-
3 Rekomendasi HP Murah Terbaik 2025: Harga Mulai Rp 300 Ribuan, RAM 6 GB dan Cocok untuk Pelajar!
-
7 Rekomendasi Hybrid Sunscreen SPF 50, Tangkis Sinar UV Cegah Penuaan Dini
-
Daftar 7 Mobil Bekas Murah Semewah Alphard, Harga Mulai Rp 60 Jutaan dan Nyaman Buat Keluarga!
-
Timnas Indonesia Perlahan Lupakan Warisan STY, Kluivert Akhiri Debat Asing vs Local Pride
Terkini
-
Daftar 6 Pinjol Syariah Resmi OJK, Bebas Riba dan Aman Cairkan Dana Darurat!
-
Daftar 7 Link DANA Kaget Resmi Hari Ini, Jangan Tertipu Tautan Saldo Gratis Palsu!
-
3 Rekomendasi HP Murah Terbaik 2025: Harga Mulai Rp 300 Ribuan, RAM 6 GB dan Cocok untuk Pelajar!
-
Daftar 7 Mobil Bekas Murah Semewah Alphard, Harga Mulai Rp 60 Jutaan dan Nyaman Buat Keluarga!
-
5 Link DANA Kaget Terbaru, Buruan Klaim Saldo Gratismu Sekarang Juga!