Denada S Putri
Kamis, 05 Juni 2025 | 16:28 WIB
Ilustrasi Covid-19. [Ist]
Baca 10 detik
  • Kaltim belum mencatat kasus positif Covid-19 pada pekan ke-20 tahun 2025, namun Dinas Kesehatan tetap meningkatkan kewaspadaan menyusul lonjakan kasus di sejumlah negara Asia.

  • Varian Covid-19 yang beredar saat ini didominasi MB.1.1, dengan gejala ringan dan tingkat kematian rendah, namun pemantauan melalui SKDR, surveilans sentinel, dan tim gerak cepat tetap diperkuat.

  • Masyarakat diimbau menerapkan PHBS dan tetap menggunakan masker saat sakit atau berkerumun, sementara fasilitas kesehatan di Kaltim telah disiapkan untuk penanganan jika kasus muncul.

Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat deflasi sebesar -0,35 persen secara bulanan (month to month/mtm) pada Mei 2025, mencerminkan kondisi harga yang relatif terkendali di tengah dinamika ekonomi nasional.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Budi Widihartanto, menjelaskan bahwa penurunan harga ini dipicu oleh panen raya komoditas pangan di sejumlah daerah sentra produksi serta turunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

“Deflasi di Kaltim terutama disebabkan oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang memiliki andil deflasi sebesar 0,56 persen. Faktor utamanya adalah panen raya di daerah sentra seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Jawa Timur, yang menurunkan harga cabai rawit dan bawang merah,” ungkap Budi, disadur dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Kamis, 5 Juni 2025.

Tren deflasi ini juga tercermin secara nasional, di mana inflasi bulan Mei tercatat turun -0,37 persen (mtm).

Namun demikian, Kaltim tetap membukukan inflasi tahunan (year on year/yoy) sebesar 1,03 persen dan inflasi tahun kalender (year to date/ytd) sebesar 1,30 persen.

Sementara itu, tekanan deflasi sedikit tertahan oleh kelompok transportasi yang mengalami inflasi 0,14 persen, terutama akibat naiknya tarif angkutan udara selama periode libur panjang.

Inflasi juga terjadi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, dipicu oleh kenaikan harga emas.

Merespons dinamika ini, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Kaltim terus bergerak aktif melalui berbagai program pengendalian harga, khususnya pangan.

TPID menggencarkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang berfokus pada peningkatan produksi dan distribusi pangan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Kembali Tak Hadiri Sidang, Lisa Mariana Malah Mau Bertemu Atalia: Mau Saya Peluk!

Upaya tersebut diwujudkan melalui dukungan infrastruktur pertanian seperti agriculture drone sprayer, combine harvester, program digital farming, serta bantuan pupuk dan mekanisasi alat pertanian lainnya.

Selain memperkuat hulu produksi, TPID juga memfasilitasi distribusi pangan kepada kelompok tani dan kelompok wanita tani melalui Gerakan Pangan Murah (GPM), yang menjadi ujung tombak pemerataan akses pangan di masyarakat.

Inisiatif daerah juga terus dikembangkan.

Salah satunya adalah peresmian kios pengendali inflasi oleh TPID Kutai Kartanegara (Kukar), sebagai bentuk inovasi dalam menjaga harga komoditas strategis tetap stabil.

Sinergi antar lembaga pun diperkuat melalui koordinasi rutin antar-TPID, termasuk pelibatan tokoh agama dalam kampanye edukasi publik mengenai konsumsi bijak dan penguatan pangan lokal.

Dengan strategi 4K—keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif, TPID Kaltim bertekad menciptakan ketahanan ekonomi daerah yang lebih inklusif dan adaptif terhadap dinamika pasar.

Load More