SuaraKaltim.id - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) menyoroti pentingnya edukasi terpadu dalam upaya menekan angka stunting.
Bukan hanya soal asupan gizi, tetapi juga pola pengasuhan, sanitasi, dan pemahaman terhadap masa krusial 1.000 hari pertama kehidupan anak.
Hal itu disampaikan Staf Ahli Gubernur Kaltim Bidang SDA, Perekonomian Daerah, dan Kesejahteraan Rakyat, Arief Mardiyatno, saat ditemui di Samarinda, Minggu, 22 Juni 2025.
“Dalam konvergensi ini tentu dilakukan intervensi stunting secara terkoordinasi, terintegrasi, dan bersama-sama dengan perencanaan dan target terukur,” jelas Arief disadur dari ANTARA, Senin, 23 Juni 2025.
Baca Juga: Dukung Stabilitas Pangan, Pemprov Kaltim Gencarkan GPM Rutin Bulanan
Data mencatat, prevalensi stunting di Kaltim masih mencapai 22,02 persen, jauh dari target penurunan ke angka 14 persen pada akhir tahun ini.
Hal ini mendorong pemerintah daerah untuk memperkuat pendekatan lintas sektor dalam mengedukasi masyarakat.
Masalah stunting, menurut Arief, tidak berdiri sendiri. Faktor ekonomi, keterbatasan air bersih, buruknya sanitasi, hingga kebiasaan konsumsi makanan instan turut berkontribusi terhadap kekurangan gizi anak.
Ia menyoroti bahwa masyarakat kini mulai meninggalkan makanan lokal yang bernutrisi tinggi, seperti jagung, ikan, atau sayur segar.
“Padahal, makanan segar seperti telur, daging ayam, buah, dan sayuran sangat penting dalam menunjang pertumbuhan anak. Tapi justru banyak yang lebih memilih makanan cepat saji dan instan yang rendah gizi,” imbuhnya.
Baca Juga: 6 Rekomendasi Merek Pakaian Dalam Wanita Populer di Indonesia, Bisa Dibeli di Marketplace Sekarang!
Salah satu titik krusial yang menjadi fokus adalah periode 1.000 hari pertama kehidupan, yang mencakup masa kehamilan hingga usia dua tahun anak.
Di masa ini, gizi yang cukup akan sangat menentukan tumbuh kembang fisik dan kecerdasan anak.
“Penanganan 1.000 hari pertama kehidupan pada anak ini merupakan hal penting, karena di sinilah kuncinya untuk menjadikan anak tumbuh sehat, cerdas, dan tidak stunting,” kata Arief lagi.
Edukasi di tahap ini tak hanya ditujukan untuk ibu dan keluarga, melainkan juga remaja putri dan calon pengantin. Pasalnya, kesiapan mereka sebagai calon ibu menjadi investasi penting bagi generasi mendatang.
“Selain itu, edukasi dan pemberian vitamin A juga dilakukan pada remaja putri dan calon pengantin, karena mereka ke depan akan menjadi ibu bagi anak-anaknya, sehingga mereka harus disiapkan sejak kini tentang pola konsumsi, pola asuh, kesehatan, dan lainnya,” jelas Arief.
Pemprov Kaltim kini menggandeng berbagai pihak, dari OPD, BKKBN, organisasi masyarakat hingga kader posyandu untuk memastikan bahwa edukasi tentang stunting menyentuh semua lapisan.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Salaman dengan Penyerang Keturunan Brasil Rp782 Miliar Jelang Ronde 4
- Berakhir Anti-klimaks, Lika-Liku Isu Jay Idzes Dibeli Inter Milan, Fiorentina Hingga Udinese
- Hari Ini Jokowi Ultah ke-64, Poster Ucapan Selamat Ini Bikin Publik Syok: Innalillahi
- 4 Rekomendasi Mobil Bekas dengan Sunroof: Harga Mulai Rp50 Jutaan, Bikin Keluarga Naik Kelas
- 3 Rekomendasi Mobil Innova Bekas Mulai Rp70 Jutaan: Pilihan Cerdas Buat Keluarga
Pilihan
-
Viral Eks Sekwan DPRD OKU Selatan Digerebek Istri Bareng Wanita Lain di Kos-kosan
-
Niat Baik Danantara Terganjal Aturan Bursa Efek Indonesia
-
AS Serang Iran, Kantor Sri Mulyani Kencangkan Ikat Pinggang
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM Besar, Performa Lancar Terbaik Juni 2025
-
5 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan Terbaru, RAM Besar dengan Performa Gahar
Terkini
-
Iduladha di IKN Harus Setara: PPU Siapkan Skema Kurban Bareng Instansi
-
Stunting di Kaltim Masih 22 Persen, Edukasi Jadi Kunci Perubahan
-
Guru Masih Honorer, Kaltim Dorong Formasi P3K Tambahan untuk Wilayah Terpencil
-
9 Saldo DANA Gratis Hari Ini Bikin Cuan, Raih Untung Hingga Rp300 Ribu
-
Top Up Game Jadi Gampang! DANA Kaget Hari Ini Bisa Dapat Sampai Rp355 Ribu