“Tahun lalu sempat ada kejadian WNA hampir dideportasi karena melanggar aturan foto di area terbatas. Tahun ini kita perketat koordinasi agar hal seperti itu tidak terulang,” jelas Ririn.
Kritik dari organisasi budaya internasional CIOFF Indonesia turut dijadikan masukan penting. Wakil CIOFF, Amar Afrizal, menekankan pentingnya kebersihan, pencahayaan, serta ketertiban di sekitar area festival.
“Report festival ini akan dikirim ke pusat di Luxembourg dan tersebar ke 112 negara. Jadi semua detail teknis, termasuk sanitasi, lighting, backstage, bahkan kebiasaan merokok penonton itu ada penilaiannya. Kami mendorong zona bebas rokok di area festival,” tegas Amar.
Di sisi lain, Sekretaris Daerah Kaltim, Sri Wahyuni, memastikan bahwa seluruh kelompok kerja (pokja) telah menyelesaikan persiapan, mulai dari rute kirab hingga logistik dan ambulans.
“Pengalaman tahun lalu kita jadikan pelajaran. Penonton rebutan tribun VIP, sekarang akan kita atur supaya masyarakat tetap bisa menonton dari kiri-kanan halaman stadion, tapi harus tertib karena ada tarian massal dan defile peserta internasional,” kata Sri.
Ia juga menyebutkan bahwa para delegasi akan menyambangi sekolah-sekolah yang memiliki ekskul seni budaya.
Hal ini dianggap sebagai bentuk pertukaran budaya yang nyata.
“Kami ingin tunjukkan bahwa pelajar kita juga punya perhatian terhadap seni budaya. Ini pertukaran budaya yang sangat baik. Mereka datang dengan biaya sendiri, kita fasilitasi akomodasi dan transportasi lokalnya,” tuturnya.
Tantangan lain datang dari sisi preferensi wisata para tamu asing.
Baca Juga: Koperasi Merah Putih Tumbuh di Kaltim, Total 1.037 Telah Terbentuk
Misalnya, wisata susur Sungai Mahakam yang ternyata tidak terlalu diminati delegasi Eropa.
“Ketika kita ajak menyusuri Mahakam, mereka malah tidur. Tapi kalau ke pantai seperti Watu, mereka sangat menikmati. Karena mereka suka pantai dan kita punya ekowisata bagus, itu yang kita maksimalkan,” kata Ririn.
Iklim tropis Kaltim juga menjadi pertimbangan teknis tersendiri.
“Di sini panas terus. Jadi kita perhatikan juga soal kostum dan kenyamanan mereka. Banyak yang harus laundry khusus karena berkeringat, jadi kita fasilitasi semua itu,” tambahnya.
EBIFF juga diarahkan sebagai penggerak transaksi ekonomi. Rangkaian acara akan melibatkan UMKM dan sentra cinderamata lokal.
“Kita ingin ada transaksi ekonomi. Bukan cuma pameran, tapi juga pembelian. Karena pelaku UMKM dan ekraf butuh pasar,” tegas Ririn.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Insentif Rp6 Juta per Hari Bakal Dipangkas Jika Dapur MBG Tak Sesuai Standar
-
Samarinda Bakal Buka Penerbangan Rute IKN-Malaysia di Februari 2026
-
AYIMUN Samarinda Chapter 2025 Siapkan Generasi Muda Jadi Calon Pemimpin Global
-
Kaltim Jamin Stok Pangan Aman, Harga Terpantau Stabil Jelang Natal dan Tahun Baru
-
Persagi Siap Tugaskan Ahli Gizi untuk MBG di Seluruh Pelosok Indonesia