“Hanya saja saya harus rajin berkeliling mencari sarang semut,” katanya.
Setelah bersih, kepiting lalu dipoles dengan pernis agar tampak menarik. Suwarno hanya menggunakan pernis agar ciri khas dan warna asli kepiting tidak hilang.
Untuk aksesoris tambahan, biasanya diambil dari limbah batok kelapa. Untuk mempertahankan khas Kutai Kartanegara, kadang Suwarno menggunakan akar pepohonan.
“Semuanya kita rangkai seunik mungkin agar bisa menjadi kerajinan unik dan laku di pasaran,” sebutnya.
Baca Juga:Di Pedalaman Kutai Kartanegara, Ternyata Ada Hutan Anggrek Hitam
Harga jualnya bervariatif, mulai dari Rp200 ribu hingga Rp500 ribu. Harga sangat tergantung dari tingkat kerumitan, ukuran kepiting, dan nilai estetikanya.
Meski demikian, Suwarno sudah kebanjiran pesanan. Bahkan dia mengaku, gajinya di perusahaan tempatnya bekerja setiap bulan masih utuh.
“Usaha ini sangat menghidupi, bahkan saya bisa beli tanah,” katanya sambil tersenyum.
Pemesannya juga sudah sangat luas. Tak hanya dari Kalimantan Timur, pemesanan juga datang dari Tarakan, Kalimantan Utara. Padahal, Suwarno hanya memaksimalkan media sosial sebagai sarana promosi.
Kepala Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik, Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Kutai Kartanegara, Ahmad Rianto, menyebut kerajinan tangan olahan Suwarno telah meraih juara 2 lomba desain souvenir yang dilaksanakan Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara.
Baca Juga:Kisah Meri, Siap Hadapi Resesi dengan Tumpar Benuaq dari Kutai Kartanegara
Pihaknya pun mengapresiasi usaha Suwarno dalam mengembangkan potensi kerajinan tangan.