SuaraKaltim.id - Pengembangan Vaksin Merah Putih yang digadang-gadang merupakan kreasi anak bangsa, ternyata selama ini dikembangkan enam lembaga penelitian dan perguruan tinggi di Indonesia.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, pengembangan Vaksin Merah Putih dilakukan dengan berbagai platform.
"Keenam Lembaga penelitian tersebut adalah Lembaga Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga (UNAIR), dan Universitas Gajah Mada (UGM)," ujar Bambang dalam sebuah diskusi secara virtual yang ditulis pada Jumat (6/11/2020).
Ia menjelaskan, Eijkman mengembangkan dengan platform protein rekombinan. LIPI juga mengembangkan dengan platform protein rekombinan fusi, UI dengan platform DNA, RNA, dan virus like particles.
Baca Juga:1.074 Orang Telah Disuntik Vaksin Uji Klinis Fase 3
Sedangkan, ITB dengan platform adenorus, UNAIR dengan platform adenorus, dan UGM dengan platform protein rekombinan.
"Saat ini, dari 6 lembaga tersebut diperkirakan yang bisa paling cepat, awal tahun depan sudah bisa diserahkan bibit vaksin ke Biofarma adalah dari Eijkman dan UI, karena tahapannya sudah mendekati atau sudah masuk ke tahap uji hewan," jelasnya.
Ia menambahkan, kebutuhan vaksin sangat besar, karena dua pertiga penduduk harus divaksin, atau sekitar 180 juta orang.
Kalau satu orang butuh dua kali vaksin dibutuhkan minimal 360 juta vaksin. Kemudian kalau semua orang divaksin, maka 270 dikali dua, alias 540 juta vaksin.
"Jadi harus ada kapasitas antara 360 sampai 540 juta yang barangkali tidak bisa dipenuhi oleh Biofarma sendirian. Karena itu, kita sudah menggandeng dan bernegosiasi dengan perusahaan swasta yang bersedia invest untuk pengembangan vaksin Covid-19 ini," ucapnya.
Baca Juga:Vaksin Covid-19 Dari Pemerintah Diklaim Aman, Satgas Minta Warga Tak Resah