Asyiknya Hidup Nomaden 2,5 Tahun Di Perairan Eropa

2,5 tahun di kapal layar berukuran 17 x 5 meter.

Denada S Putri
Jum'at, 23 Juli 2021 | 06:05 WIB
Asyiknya Hidup Nomaden 2,5 Tahun Di Perairan Eropa
Ika Permatasari-Olsen, wanita Indonesia yang hidup di kapal. [Twitter/@janedoeisliving]

SuaraKaltim.id - Bagaimana rasanya jika selama beberapa tahun kita hidup di kapal? Membosankan kah? Atau justru itu menjadi pengalaman yang tidak terlupakan? Yah, itulah kisah Ika Permatasari-Olsen, wanita asal Indonesia yang hidup 2,5 tahun di kapal.

Ika memulai perjalanannya itu sejak tahun 2018. Awalnya, wanita dengan profesi sebagai seorang IT di salah satu perusahaan di Surabaya ini enggan melakukannya. Dirinya merasa berat untuk meninggalkan kehidupan yang ada di daratan.

Namun, pada VOA, wanita yang dipersunting lelaki asal Norwegia itu akhirnya mau. Pengalaman sang suami dalam hidup berlayar, berhasil mengajaknya untuk tinggal di yacht, dan hidup secara nomadik.

Pelesiran sejoli itu dimulai dari Barcelon ke Majorca. Menempuh waktu selam 30 jam. Tapi, pengalaman perdana Ika itu dipenuhi tantangan. Dirinya sempat mengalami mabuk laut parah.

Baca Juga:3 Top Lifestyle: Kepiting Saus Padang ala Nagita, Destinasi Wisata Laut

Merasa kapok, Ika lalu meminta izin pada suami untuk terbang kembali ke Barcelona. Namun, sang suami, Oyvind Olsen,  meyakinkan dirinya untuk kembali mencoba.

“Lalu kami coba lagi, tapi kali ini cuacanya lebih baik dan dia mulai menyukainya. Sekarang dia betah di kapal dan saya tak bisa mengusirnya,” gurau Oyvind.

North Eagle mempunyai ukuran 17 x 5 meter. Cukup nyaman dengan fasilitas yang lengkap. Yacht tersebut memiliki kamar mandi, ruang laundry, kamar tidur, serta sofa, TV dan dapur kecil.

Pasutri ini berlayar menjelajahi Laut Mediterania. Kemudian singgah dari satu negara, ke negara lain. Mereka menepi ke pulau juga pantai-pantai eksotis di Benua Biru, yang tentunya memiliki pemandangan luar biasa.

Ada hal lucu yang terjadi paada diri Ika. Dia yang sebelumnya tak bisa menjalankan kapal, kini cukup terampil di balik kemudi. Dia merasa dipaksa oleh keadaan. Untuk mampu menyetir, lantaran mereka hanya berlayar berdua.

Baca Juga:Liburan Telah Tiba, 3 Wisata Laut Di Indonesia Yang Wajib Untuk Berkunjung

“Karena kita terjebak badai itu bukan sekali dua kali, yang bikin aku mikir, mau ngga mau aku harus belajar nyetir, karena cuma kita berdua,” jelasnya dari Tromso, Norwegia.

Sayangnya, petualangan mereka terjeda, akibat pandemi global. Beberapa perbatasan negara ditutup, mereka pun memutuskan untuk berlayar di pulau-pulau kecil di Land of Midnight Sun, negaa asal sang suami.

Di salah satu pulau, pasutri ini berkenalan dengan organisasi nirlaba bernama 'In the Same Boat', yang membersihkan limbah plastik, dari pulau dan pantai Norwegia. Mereka pun bergabung menjadi aktivis lingkungan di organisasi tersebut.

“Kita berlayar dari garis pantai ke garis pantai lain untuk bersihin sampah, karena di banyak area di Norwegia, apalagi di pulau-pulau terluar tidak ada transportasi darat yang bisa menjangkau, satu-satunya cara pakai kapal,” ujar Ika.

Menurut suaminya, ini adalah kegiatan yang sangat bagus dan menarik dilakukan selama pandemi. Pensiunan pilot yang berpengalaman menerbangkan pesawat jet militer dan komersial ini, sangat menikmati kegiatan barunya, khususnya pengalamannya yang mengajak sang istri,

“Ini kegiatan yang sangat berarti, daripada tidak ngapa-ngapain,” ujar Oyvind, 

 Ika dan suami sudah menyimpan rencana baru. Pelesiran mereka selanjutnya yakni berlayar ke Kanada, Greenland, AS, Selandia Baru dan akhirnya Indonesia. Akan tetapi, rencana ini baru bisa terwujud jika situasi pandemi sudah lebih baik.

REKOMENDASI

News

Terkini