Demo BEM yang Dibubarkan Dosen Pakai Sapu Berujung Pelaporan, Rektor Unijaya: Prihatin

Rektor Unijaya menganggap jika pemicu oknum dosen itu karena tidak terima didemo oleh mahasiswa.

Denada S Putri
Rabu, 29 September 2021 | 18:42 WIB
Demo BEM yang Dibubarkan Dosen Pakai Sapu Berujung Pelaporan, Rektor Unijaya: Prihatin
Rektor Universitas Trunajaya 9Unijaya), Bilher Hutahaen saat ditemui di kantornya Jalan Taekwondo, Kelurahan Api-Api, Kecamatan Bontang Utara. [KlikKaltim.com]

SuaraKaltim.id - Rektor Universitas Trunajaya (Unijaya) Bontang akhirnya buka suara terkait aksi demonstran yang berujung pelaporan oleh mahasiswa karena tindakan represif dari salah satu oknum dosen.

Rektor Unijaya Bilher Hutahaen mengaku terkejut dengan datangnya puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Esekutif Mahasiswa (BEM) Unijaya dengan spanduk berbagai macam tuntutan, tanpa sepengetahuan pihak kampus. 

Pasalnya, tuntutan yang mahasiswa bawa telah sepenuhnya terjawab dalam surat nomor 238/UNIJAYA-Btg/IX/2021 per tanggal 20 September lalu.

"Sudah di jawab beserta alasannya kemarin dalam surat. Yang disayangkan mahasiswa demo dan meminta saya untuk menandatangani surat perjanjian. Jelas saya menolak dan mengajak untuk diskusi bersama terlebih dahulu," kata Bilher dikutip dari KlikKaltim.com--Jaringan Suara.com, Rabu (29/9/2021). 

Baca Juga:Postur Belanja Pemkot Bontang Membengkak Rp 235 Miliar Tahun Ini, Belanja Apa Aja?

Mantan Anggota DPRD Bontang ini menuturkan, hal tersebut sebenarnya bisa dibicarakan dengan pihak kampus secara internal. Karena, kondisi yang berdampak pada aktivitas akademik mahasiswa akan dibenahi secara perlahan. 

Aksi mahasiswa ini dilatari karena persoalan yang terjadi di lingkungan internal kampus. Mahasiswa di semester akhir belum menerima Kartu Hasil Studi (KHS) mereka. Lalu ada pula sebagian mahasiswa yang belum menerima Kartu Rencana Studi (KRS).

Ia menjelaskan, permasalahan internal dosen yang menahan nilai mahasiswa semester 8  sudah diselesaikan. Untuk KHS yang berada di semester 5 meliputi dua orang dan semester 7 ada satu orang. Lalu, untuk mahasiswa yang belum memiliki KHS pun tetap bisa mengikuti pembelajaran seperti biasa. 

"Kita upayakan cepat terselesaikan, kasih waktu kami. Karena proses KHS leading sektornya berada di masing-masing dekan. Semua tuntutan akan di tampung oleh pihak Rektorat," tuturnya.

Diketahui, Selasa (28/9) kemarin BEM Unijaya menggelar unjuk rasa di kampus mereka. Aksi ini membuat akademisi di kampus terkejut dan memicu emosi salah satu oknum dosen.

Baca Juga:Pesanan Sabu Meningkat, Polisi Bekuk 12 Tersangka Sepanjang Operasi Antik di Bontang

Oknum dosen itu menggunakan tongkat sapu untuk membubarkan massa aksi. Perilaku dosen ini mendapat perlawanan mahasiswa, yang berujung adu mulut dan umpatan dari oknum itu. 

Menyikapi hal itu, Rektor Unijaya menganggap jika pemicu oknum dosen itu karena tidak terima didemo oleh mahasiswa. 

"Kok ada demo, tidak ada pemberitahuan atau komunikasi tiba-tiba bentangkan spanduk dengan tulisan tutup kampus," ucap Bilher. 

Akibatnya, dosen yang sekaligus Dekan Fakultas Ekonomi ini tidak terima. Bahkan, menurut Bilher dosen tersebut hanya menggunakan batang sapu untuk memukul bentangan spanduk saja tidak sampai terkena mahasiswa. 

"Kalau yang saya liat hanya spanduk saja yang dipukul," tuturnya.

Saat disinggung terkait mahasiswa yang melapor tindakan kekerasan oknum dosen kepada pihak berwajib, dirinya mengaku prihatin. Pasalnya, mahasiswa seluruhnya telah dianggap sebagai anak dari semua dosen. 

"Saya selaku rektor sangat prihatin, jika ada proses pengaduan biarkan saja berjalan. Harusnya bisa dibicarakan serta disampaikan dengan kekeluargaan. Pihak kampus pun merasa terbuka," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini