Dalam 3 Tahun, Produksi Aren di Kaltim Fluktuatif, Katanya Karena Penurunan Luas Kebun, Lalu...

Dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, tanaman kebun aren didominasi oleh tiga kabupaten.

Denada S Putri
Jum'at, 18 Maret 2022 | 19:36 WIB
Dalam 3 Tahun, Produksi Aren di Kaltim Fluktuatif, Katanya Karena Penurunan Luas Kebun, Lalu...
Ilustrasi gula aren. [Istimewa]

SuaraKaltim.id - Produksi aren di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dalam tiga tahun terakhir berfluktuasi. Yakni, pada 2019 sebanyak 465 ton, di 2020 sebanyak 598 ton, dan di 2021 turun menjadi 485 ton.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim, Ujang Rachmad. Ia mengatakan, penurunan produksi diakibatkan dari menurunnya luas kebun.

“Yakni pada 2019 seluas 1.220 hektare (ha), 2020 seluas 1.015 ha, dan 2021 seluas 981 ha,” ujarnya, melansir dari ANTARA, Jumat (18/3/2022).

Dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, tanaman kebun aren didominasi oleh tiga kabupaten. Yakni, Kutai Kartanegara (Kukar), Kutai Timur (Kutim), dan Kutai Barat (Kubar). Sebelumnya, saat webinar bertajuk Prospek Pengembangan Aren Mendukung Kebutuhan Pangan Kaltim di Pasar Global, ia mengatakan pada 2019 luas tanaman aren di Kukar sebesar 249 ha, Kutim 243 ha, dan di Kubar seluas 557 ha.

Baca Juga:Bumi Mulawarman jadi IKN, Bahasa Daerah Terancam Terkikis, Hetifah Sjaifudian: Revitalisasi

Pada 2020 di Kukar seluas 243 ha, Kutim 312 ha, dan Kubar seluas 332 ha. Di 2021 di Kukar 237 ha, Kutim 314 ha, dan Kabupaten Kubar seluas 334 ha. Sedangkan produksinya adalah pada 2019 di Kabupaten Kukar mencapai 305 ton, Kutim 28 ton, Kubar 115 ton. Di 2020 Kukar 489 ton, Kutim 32 ton, Kubar 40 ton. 

Kemudian tahun 2021 produksi aren di Kabupaten Kukar sebanyak 381 ton, Kutim 36 ton, dan Kabupaten Kubar sebanyak 40 ton. Dari tiga kabupaten tersebut, lanjutnya, selama tiga tahun ini produksi aren terbanyak berada di Kabupaten Kukar, namun dari sisi lahan, luasan terbanyak berada di Kabupaten Kutim dan Kubar.

“Produksi aren jauh kebih banyak di Kukar ketimbang dua kabupaten lain, hal ini terjadi karena di Kukar merupakan tanaman lama, sementara dua kabupaten lainnya merupakan tanaman baru yang belum waktunya produksi,” tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak