SuaraKaltim.id - Anggota Badan Pengelola Beasiswa Kalimantan Timur (BP-BKT) Syafruddin Pernyata menegaskan akreditasi dalam Program Studi (Prodi) dan Perguruan Tinggi menjadi salah satu pertimbangan setiap mahasiswa untuk bisa lolos mendapatkan Beasiswa Kaltim.
"Bayangkan seorang mahasiswa dengan Indeks Prestasi (IP) 4 di tahun 2020 tertolak karena dia memilih Program Studi dan Perguruan Tinggi berakreditasi B," katanya, melansir dari ANTARA, Kamis (24/3/2022).
"Sesuai arahan gubernur, Prodi dan Perguruan Tinggi menjadi salah satu pertimbangan karena kita ingin kelak 10-20 tahun ke depan akan lahir putra-putri Kaltim dengan apa pun agama, suku, ras dan budaya-nya bisa menjadi orang hebat dan memimpin Indonesia," sambungnya.
Ia menjelaskan, Beasiswa Kaltim sebenarnya lebih mengarah kepada upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim untuk meningkatkan prestasi, bukan pemerataan.
Baca Juga:Kominfo Buka Program Beasiswa S2 di Dalam dan Luar Negeri
"Ini bukan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP). BOP sudah ada wilayahnya di Dinas Pendidikan. SMA/SMK itu sudah ada, tapi ini memang digagas oleh pak gubernur untuk pendidikan," jelasnya.
Ia memaparkan, jumlah pendaftar Beasiswa Kaltim saat baru dibuka pada tahun 2019 masih terbilang sedikit yakni 25.336 orang akibat kurangnya sosialisasi terutama dari mulut ke mulut.
Kemudian, begitu tahun 2020 sosialisasi dari mulut ke mulut mulai tersebar antar teman dan pendaftarnya melonjak menjadi 142.347
"Memang kalau dilihat dari jumlah yang diterima sebenarnya masih prihatin. Di 2021 malah yang diterima hanya 30 persen dan 70 persen lainnya tidak diterima," sayangnya.
Selain itu, ia menyebut BP-BKT juga telah mengusulkan ke gubernur beasiswa untuk mahasiswa menjadi guru di Sekolah Luar Biasa yang mengajar anak-anak berkebutuhan khusus dan telah disetujui.
Baca Juga:Kominfo Resmi Buka Pendaftaran Beasiswa S2, Begini Cara Daftarnya
"Di Kaltim tidak ada satu kabupaten/kota pun yang tidak memiliki anak autis. Terus siapa yang mau jadi gurunya. Orang tua yang anaknya normal enak nggak kepikiran tapi yang punya anak berkebutuhan merintih karena tidak bisa menyekolahkan anaknya," terangnya.
Ia mengaku pada saat pihaknya membuka beasiswa kerja sama dengan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) tidak ada yang berminat untuk mendaftar karena BKT saja dirasa tak mencukupi sehingga dibantu dengan living kost.
"Alhamdulillah ada yang mendaftar, jadi ada sekitar 30 orang anak Kaltim yang sekarang di UNESA," pungkasnya.