Wabah PMK, Penjual Sapi Kurban di Banjar Mengeluh: Orang Takut Berkurban

Hijriyah mengeluh, karena ada pelanggan yang takut membeli sapi kurban kepadanya.

Denada S Putri
Kamis, 16 Juni 2022 | 14:30 WIB
Wabah PMK, Penjual Sapi Kurban di Banjar Mengeluh: Orang Takut Berkurban
Penjual sapi kurban di Kabupaten Banjar mengaku susah dapat pasokan sapi untuk Idul Adha. [KanalKalimantan.com]

SuaraKaltim.id - Jelang hari raya Idul Adha pasokan sapi terhambat di Kabupaten Banjar. Hal itu dikarenakan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Kelangkaan tersebut membuat penjual sapi kurban mengeluh. Mereka mengeluh soal stok sapi yang kurang, dan pe,beli yang sepi.

Salah satunya Hijriyah. Dia mengeluh karena ada pelanggan yang takut membeli sapi kurban kepadanya akibat virus PMK.

“Sebagian orang takut berkurban, rumah sakit Ratu Zalecha biasa tiap tahun beli di tempat saya tapi tahun ini belum ada,” katanya, melansir dari KanalKalimantan.com--Jaringan Suara.com, Kamis (16/6/2022).

Baca Juga:Pemkot Bandar Lampung Larang Hewan Kurban dari 3 Daerah Ini Masuk

Selain membuat orang enggan berkurban, virus PMK ini membuat beberapa pasokan untuk pelanggannya tidak maksimal dan harga sapi lokal menjadi naik.

“Sapi kampung aja tidak bisa menyediakan daging untuk pelanggan yang mau 50 kilo, hanya mampu beri 30 kilo aja,” jelasnya.

Wanita yang sudah menjalani pekerjaan menjual sapi selama belasan tahun ini juga mengaku, 10 ekor sapi pesanannya yang berasal dari Jawa masih belum bisa masuk ke Kalimantan Selatan (Kalsel).

Hal senada juga disampaikan olah Muhammad Rifkon. Ia merupakan seorang peternak sapi asal Sungai Paring.

Ia mengatakan sapi lokal yang biasanya dijual Rp 14 juta, kini mengalami kenaikan harga. Yakni, mencapai Rp 17 juta.

Baca Juga:Bolehkah Kurban dengan Hewan Ternak Positif PMK? Ini Jawaban MUI Lebak

“Mencari sapinya susah, harganya jadinya jauh naik,” ujarnya.

Ia mengakui, omzetnya turun karena pasokan sapi tahun ini kurang dari pada tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, hal itu mempengaruhi penjualannya.

Ia membeberkan pula, akibat wabah PMK tersebut, ia tak dapat mencukupi kebutuhan pembeli yang biasanya berlangganan padanya.

Agar mendapatkan kepercayaan lagi dari para pembeli, pria yang memulai usaha peternakan sejak 2010 dan memiliki 6 sapi ini menegaskan, sapi-sapinya sudah terbebas dari PMK.

Bahkan katanya, turut serta dari dinas peternakan sudah sempat memberikan penyuluhan dan pencegahan PMK.

“Ada penyuluhan, waktu baru awal-awal penyakit kemarin,” sebutnya.

Tak lupa, ia berharap keadaan kembali normal serta sapi yang dari luar daerah dapat masuk kembali.

“Kalau sapinya sakit lebih baik sapi itu saja yang ditahan,” tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini