Petani Sawit Kaltim Mengaku Putus Asa Karena Harga TBS Anjlok: Banyak Petani Stres

"...Berubahlah itu harganya, naik lagi lah harganya, kembali normal, harapnya.

Denada S Putri
Jum'at, 01 Juli 2022 | 09:00 WIB
Petani Sawit Kaltim Mengaku Putus Asa Karena Harga TBS Anjlok: Banyak Petani Stres
Ilustrasi petani sawit. [Istimewa]

SuaraKaltim.id - Dalam 2 bulan terakhir, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit anjlok. Di Kaltim bahkan menyentuh ankga Rp 600 per kilogram (kg).

Anjloknya harga sawit diduga akibat kebijakan pemerintah yang sebelumnya mengeluarkan larangan ekspor, setelah harga minyak goreng melonjak.

Para petani di Kaltim pun mengaku merugi setelah anjloknya harga sawit. Mereka terpaksa tidak melakukan panen. Karena menghindari rugi. Bagi mereka jika panen dilakukan, tak sebanding dengan biaya pengeluaran.

“Sekarang Rp 600, bahkan sekarang enggak panen. Mau panen pun enggak ada untung, enggak dipanen pun enggak ada untung,” ujar Wajik (53) petani sawit dari Kelompok Tani Sawit Jaya, Kecamatan Longikis Kabupaten Paser, melansir dari Inibalikpapan.com--Jaringan Suara.com, Jumat (1/7/2022).

Baca Juga:Sumsel Punya Program Mandiri Pangan, Kenapa Harga Cabai Sampai Rp120.000 Per Kilogram?

Ia mengatakan, ada biaya yang harus dikeluarkan petani untuk panen. Termasuk membawanya ke PTPN perusahaan BUMN.

Lalu ia membeberkan, ada pula biaya untuk membayar orang lain. Orang yang ia maksud ialah mereka yang melakukan panen di kebun.

“Biaya angkut, nimbang, Jadi enggak untung kalau panen,” tegasnya.

Ia berharap, harga sawit bisa kembali normal seperti 2 bulan sebelumnya. Saat itu katanya, para petani bisa mendapatkan untung yang mencapai jutaan rupiah.

“Kita mudah-mudahan jangan sampai di atas 2 bulan (harga TBS anjlok). Kalau 2 bulan banyak petani (sawit) stres. Maksudnya berubahlah itu harganya, naik lagi lah harganya, kembali normal,” harapnya.

Baca Juga:Petani Sawit Kaltim Keluhkan Soal Harga TBS, Pengamat Unmul Beberkan Faktornya

Para petani juga mengeluhkan naiknya harga pupuk dalam 4 bulan terakhir. Katanya, harga pupuk mencapai Rp 500 ribu per sak.

“Pupuk sekarang (paling murah) harganya Rp 300 ribu ada yang 500 ribu,” imbuhnya.

DIrinya mengaku memiliki 5 kapling atau 10 hektar kebun sawit. Di mana, dalam 1 hektar ada sebanyak 260 pohon. Soal produksinya, masih belum bisa dihitung karena usianya di bawah 9 tahun.

“Kalau sekarang enggak bisa ditentukan karena ada yang kecil sawit, Sawit 9 tahun. Sebanyak 260 pohon dalam satu kapilng itu sekitar rata-rata belum bisa dihitung,” tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini