SuaraKaltim.id - Kasus stunting atau gizi buruk di Kaltim turun sekitar 3 persen tahun ini. Demikian dikatakan Kepala Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim Noryani Sorayalita.
Dia mengatakan, targetnya pada akhir 2024 menjadi 14 persen. Dengan intervensi spesifik dan intervensi sensitif yang harus benar-benar dijalankan dengan baik.
“Di Provinsi Kalimantan Timur persentase stunting pada tahun 2019 sebesar 28,09 persen dan tahun 2021 sebesar 22,8 persen,” ujarnya, melansir dari Inibalikpapan.com--Jaringan Suara.com, Senin (25/7/2022).
Menurutnya, ada 4 daerah yakni Kutai Barat (Kubar), Balikpapan, Mahakam Ulu (Mahulu) dan Samarinda yang presentase kasus stunting lebih rendah dari rata-rata provinsi.
Baca Juga:Anggota Komisi IX: Penanganan Stunting di Kalbar Tidak Bisa Andalkan Satu Instansi
Sedangkan 6 daerah lainnya yakni Kutai Timur (Kutim), Penajam Paser Utara (PPU), Kutai Kartanegara (Kukar), Bontang, Berau dan Paser, persentase kasus stuntingnya di atas rata-rata povinsi.
"Angka kasus stunting di Kukar mencapai 26,4 persen atau berada pada urutan ketiga lebih rendah dari persentase rata-rata provinsi," jelasnya.
Kasus stuanting pada balita di Kukar paling banyak berada di Kecamatan Muara Badak, dengan 905 balita. Sebaliknya, keluarga berisiko stunting (KRS) tertinggi ada di Loa Janan dengan 8.964 orang.
Telah dibentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dengan Keputusan Gubernur Nomor 463/K.159/2022 tentang Pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting Kaltim tanggal 14 Maret 2022.
“Kaltim akan menjadi Ibu Kota Negara perlu melakukan upaya peningkatan kapasitas masyarakat atau sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan dan tantangan,” tuturnya.
Baca Juga:Telkom University Ciptakan Alat Pemantau Stunting
“Agar ikut serta berperan aktif dalam sektor-sektor pembangunan, salah satunya melalui penurunanan angka stunting,” bebernya.
Data Kementerian Kesehatan, angka stunting nasional mengalami penurunan dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 30,8 persen pada 2018 . Hingga 2024 ditargetkan turun sekitar 14 persen.
Berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada 2019 kasus staunting menjadi 27,7 persen, dan pada 2021 sebesar 24,4 persen.