SuaraKaltim.id - Perumahan Bontang Permai, RT 07, Kelurahan Api-api menjadi daerah yang cukup parah terdampak banjir pada, Senin (5/9/2022) kemarin.
Banjir diketahui mulai surut pada Selasa (6/9/2022) pukul 01.00 WITA dini hari tadi. Sentot Effendi (56) dan istrinya juga merasakan dampak dari bencana itu.
Pada pagi-pagi buta mereka sudah mulai membersihkan rumahnya yang terendam banjir selama 8 jam. Ia mengatakan, sejak 2001 dirinya tinggal, tempatnya sudah menjadi langganan banjir. Ia mengaku, setiap tahun bencana itu semakin tinggi.
"Kemarin air mulai masuk rumah pukul 16.00 WITA. Surut pada 01.00 WITA. Kalau banjir sudah jadi langganan. Makanya kalau hujan deras hati kami gelisah satu keluarga," katanya, melansir dari KlikKaltim.com--Jaringan Suara.com, Selasa (6/9/2022).
Baca Juga:Orang dengan Pengeluaran Lebih dari Rp506 Ribu per Bulan Dianggap Bukan Warga Miskin
Ayah 2 orang anak ini mengaku, sudah pernah meninggikan rumah pada 2013 lalu. Untuk merenovasi, total uang yang ia habiskan mencapai Rp 250 juta.
Perbaikan tersebut meliputi, peninggian rumah 70 sentimeter dan menambah 1 lantai sebagai tempat evakuasi saat terjadi banjir.
Malam tadi saja ia mengaku banjir diketahui setinggi lutut orang dewasa. Walhasil, air juga masuk ke dalam rumahnya. Beruntung, sebelum masuk ia sudah mengevakuasi barang elektronik agar tidak rusak.
"Terparah itu 2019, dan terakhir usai lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah Mei 2022. Itu airnya bahkan lewat jendela. Saya sampai ngungsi ke rumah keluarga," sambungnya.
Dirinya berharap, ada perhatian lebih Pemkot Bontang kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir. Dengan adanya pembangunan turap di Kelurahan Api-api.
Baca Juga:Lapas Kalianda Gelar Tes Urine Mendadak, Ini Hasilnya
"Diharapkan bisa sedikit mengurangi volume air saat terjadinya banjir," terangnya.