Dalam 3 Tahun Terakhir, Kasus DBD di Kukar Meningkat Drastis, 18 Orang Meninggal Dunia

Sebagian besar warga yang meninggal karena kasus deman berdarah ialah akibat keterlambatan penanganan.

Denada S Putri
Kamis, 14 Maret 2024 | 19:25 WIB
Dalam 3 Tahun Terakhir, Kasus DBD di Kukar Meningkat Drastis, 18 Orang Meninggal Dunia
Ilustrasi DBD. (Pixabay/wikiImages)

SuaraKaltim.id - Kasus demam berdarah (DBD) di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mengalami peningkatan yang signifikan dalam tiga tahun terakhir. Data menunjukkan, jumlah kasus DBD dan kematian akibat DBD terus meningkat dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Diskes) Kukar, di 2021 angka deman berdarah mencapai 186 kasus dengan jumlah 3 orang meninggal dunia.

Kemudian tahun 2022, mengalami kenaikan drastis mencapai 843 orang dan jumlah kematian sebanyak 5 orang. Sedangkan tahun 2023, berjumlah 1.118 kasus deman berdarah dengan 4 angka kematian.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Diskes Kukar, Supriyadi belum lama ini.

Baca Juga:Inflasi Februari 2024 di Kukar 0,19 Persen, Pemkab Lakukan Ini

“Kasus DBD itu dari tahun ke tahun fluktuatif, karena memang wilayah geografis di Kukar sebagaian besar air,” katanya, melansir dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Kamis (14/03/2024).

Dari 20 kecamatan di Kukar, angka kasus DBD paling banyak terjadi di Kecamatan Muara Kaman dan Sebulu. Salah satu penyebabnya lantaran media perkembangbiakan nyamuk masih banyak dan pemberatasan sarang nyamuk masih minim.

Ia berencana dalam pekan ini akan berkunjung ke dua kecamatan tersebut untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, serta mengajak kepada lurah untuk bersama-sama membersihkan tempat tinggal nyamuk.

“Kami rencana minggu ini mau ketemu Pak Camat untuk menggerakan pemberatasan sarang nyamuk,” sebutnya.

Ia menerangkan, sebagian besar warga yang meninggal karena kasus deman berdarah ialah akibat keterlambatan penanganan di fasilitas kesehatan atau pusban, puskesmas, atau rumah sakit.

Baca Juga:Kukar Jadi Penyumbang Terbanyak, 95 Titik Panas Tersebar di 5 Wilayah Kaltim

Ketika demam, mereka membeli obat dan mengobati sendiri. Namun setelah hari ketiga atau keempat, baru dibawa ke fasilitas kesehatan.

“Ketika datang ke fasilitas kesehatan kondisinya sudah buruk, dan itu agak susah ditangani,” tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini