Pemprov Kaltim Jaga Komitmen Hijau, Belajar dari Komunitas Adat Peru di GCF-TF

Ia mengatakan, kunjungan lapangan pertama menemui komunitas adat Ashninka San Jos de Yunuya.

Denada S Putri
Selasa, 15 Oktober 2024 | 14:20 WIB
Pemprov Kaltim Jaga Komitmen Hijau, Belajar dari Komunitas Adat Peru di GCF-TF
Pemprov Kaltim dalam pertemuan GCF-TF digelar di Pucalpa, Ucayali, Peru. [Ist]

SuaraKaltim.id - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) menjaga komitmen bersama negara-negara di dunia dalam upaya penyelamatan bumi dan pelestarian lingkungan dengan menghadiri pertemuan Governor’s Climate and Forest-Task Force (GCF-TF) di Pucalpa, Ucayali, Peru.

Delegasi Kaltim, Ujang Rahmad menjelaskan, GCF-TF merupakan kolaborasi 38 provinsi dan subnasional dari 10 negara di dunia yang memiliki konsen tinggi terhadap upaya menahan laju deforestasi dan degradasi lahan, serta berkomitmen tinggi dalam pengembangan kadar emisi rendah.

Ujang menuturkan, rangkaian GCF-TF diawali dengan kunjungan lapangan di Ucayali pada Kamis, 10 Oktober 2024. Agenda GCF-TF di Peru tahun ini membahas konsep "New Forest Economy". Konsep ini menyoroti pentingnya keterpaduan antara masyarakat adat, industri dan pemerintah dalam pengelolaan hutan berkelanjutan.

“Kita ingin belajar bagaimana pengelolaan hutan secara berkelanjutan tanpa merusak hutan yang ada,” ujar Ujang Rachmad yang menjabat Asisten Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Kaltim, disadur dari ANTARA, Selasa (15/10/2024).

Baca Juga:Gebyar Anugerah Literasi Kaltim: 32 Penghargaan untuk Para Pegiat yang Menginspirasi

Ia mengatakan, kunjungan lapangan pertama menemui komunitas adat Asháninka San José de Yunuya. Mereka telah berpengalaman mengelola hutan secara legal seluas ±1.600 hektare.

Komunitas ini memanfaatkan buah aguaje (mauritia flexuosa) secara berkelanjutan tanpa merusak hutan. Walaupun tantangan seperti praktik penebangan pohon aguaje untuk panen masih ada.

Tetua Komunitas Adat setempat menjelaskan hutan dikelola secara legal agar pohon aguaje terpelihara secara berkelanjutan. Menariknya lagi, mereka juga terhubung dengan industri yang mengolah hasil buah mereka. Buah aguaje itu kemudian diolah menjadi minuman dan es krim.

Delegasi Kaltim juga bertemu Julia Satomi Hashiguchi yang merupakan pengelola perusahaan agroforesti Campodrim.

Perusahaan ini memproses buah-buahan lokal seperti aguaje dan acerola menjadi produk bernilai tambah, seperti pulpa beku. Dalam prosesnya, Campodrim menggabungkan teknik pertanian tradisional dengan inovasi modern untuk menjaga kelestarian alam sembari mendukung ekonomi lokal.

Baca Juga:Isran-Hadi Unggul 65,1% di Survei GIA, Rudy-Seno Terpaut Jauh di Pilkada Kaltim

Pada kesempatan itu, lanjut Ujang Rahmad, Juli Satomi Hashiguchi menjelaskan hasil-hasil pertanian yang sebagian besar adalah buah-buahan yang berasal dari agroforestri. Buah-buah yang dibeli harus memenuhi standar pasar.

Tidak hanya di hulu, delegasi Kaltim juga berkesempatan mengamati rantai proses produksi di tingkat hilir dengan mengunjungi pabrik Super Frío, yang memproduksi es krim berbahan dasar buah lokal Amazon.

Perusahaan ini telah beroperasi sejak 2006 dan menjadi model sejak 2006 dan menjadi model bagaimana sektor industri dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi regional tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.

"Kita berharap dapat mengadaptasi atau mengkolaborasi praktik-praktik berkelanjutan ini di Indonesia. Khususnya dalam mempertahankan komitmen dan konsistensi pengelolaan hutan berbasis masyarakat dan agroforestri yang selaras dengan visi pembangunan hijau di Provinsi Kalimantan Timur," kata Ujang Rachmad.

Hari berikutnya, Jumat, 11 Oktober 2024, Delegasi Kaltim menghadiri Rapat Bisnis Governor's Climate and Forest-Task Force. Dalam rapat tahunan tersebut, Gubernur Ucayalli, Mr Manuel Gambini Rupay membuka diskusi dengan menekankan perlunya sinergi internasional untuk menjaga hutan tropis dan mendukung ekonomi berbasis hutan.

Selanjutnya, Koordinator GCF-TF Indonesia Syahrina D Anggraini mewakili anggota regional GCF-TF Indonesia menegaskan provinsi-provinsi di Indonesia tetap berkomitmen menjaga hutan dan mengurangi emisi. Kolaborasi dengan berbagai pihak sangat penting, termasuk untuk memperoleh dukungan pendanaan yang bisa menutup celah-celah aksi yang belum terdanai. (ADV/Diskominfo Kaltim).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini