Melindungi Jurnalis Perempuan: AJI Balikpapan Bahas Pemberitaan Ramah Gender

Dina Angelina menjelaskan, diskusi ini merupakan bagian dari kampanye nasional AJI Indonesia dalam memperingati HAKTP yang berlangsung selama 16 hari.

Denada S Putri
Rabu, 11 Desember 2024 | 12:01 WIB
Melindungi Jurnalis Perempuan: AJI Balikpapan Bahas Pemberitaan Ramah Gender
AJI Balikpapan gelar diskusi publik memperingati Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. [SuaraKaltim.id/Arif Fadillah]

Bantuan ini mencakup pendampingan hukum, psikologi klinis, serta akses ke layanan medis yang ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. "Pelayanan ini tidak memakan waktu lama dan bersifat gratis, memberikan dukungan penuh untuk korban," ujar Esti.

Terkait pemberitaan, UPTD PPA DP3AKB juga menekankan pentingnya menjaga identitas korban, terutama bagi anak-anak korban kekerasan dalam pemberitaan. Dia berharap media dapat lebih berhati-hati dalam mengungkapkan identitas korban.

"Terutama dalam kasus yang melibatkan anak-anak. Menyembunyikan identitas korban adalah langkah yang lebih aman dan menghormati privasi mereka," jelasnya.

Esti menyebut, beberapa kali jurnalis masih tidak melindungi privasi korban dengan menulis sekolah korban, memasang foto pelaku yang biasanya merupakan orang terdekat korban.

Baca Juga:13 Tahun Mengabdi, AJI Balikpapan Gelar Konferta V

“Karena kalau pelaku itu keluarga korban dan fotonya dipasang biasanya (identitas korban) akan diketahui tetangga atau teman, sehingga korban kadang merasa privasinya tidak terjaga,” kata dia.

Kondisi tersebut membuat korban kerap merasa tidak aman, malu, dan tertekan secara psikologis. Proses pendampingan korban jadi lebih berat. Esti meminta jurnalis bisa lebih berhati-hati dalam menulis dan memotret kasus yang demikian.

Psikolog Patria Rahmawati menyebutkan, jenis-jenis kekerasan yang sering dialami perempuan. Secara fisik, verbal, maupun kekerasan seksual, serta dampak pemberitaan terhadap penyintas kekerasan. 

"Pemberitaan yang tidak hati-hati bisa memperburuk kondisi psikologis korban. Kalimat atau parafrase yang tidak tepat bisa memberikan dampak negatif bagi korban dan keluarganya," katanya.

Rahma, sapaan akrabnya, juga mendorong pentingnya pelatihan bagi jurnalis, terutama dalam meliput isu-isu yang sensitif seperti kekerasan terhadap perempuan dan anak. 

Baca Juga:Usung Konsep Net Zero Emission, Simak Daftar Bahan Bangunan Ramah Lingkungan Ala IKN

Dalam kesempatan tersebut, narasumber dan peserta sepakat bahwa ruang aman bagi jurnalis, baik secara psikologis maupun fisik, perlu dijaga agar mereka bisa bekerja dengan optimal tanpa harus menghadapi tekanan atau intimidasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini