Ririn juga optimistis terhadap dampak kegiatan berskala nasional seperti Dekranasda Nasional dan East Borneo International Festival (EBIF) yang akan digelar Juli mendatang.
Ribuan peserta dari berbagai daerah dan mancanegara diperkirakan akan hadir dan menginap di hotel-hotel Kaltim.
Ia mengatakan pada kegiatan nasional itu ribuan peserta dari berbagai daerah, bahkan internasional, diperkirakan akan hadir dan menginap di hotel-hotel Kaltim.
Kondisi itu bisa menjadi angin segar bagi para pelaku usaha perhotelan dan pariwisata di daerah.
Baca Juga:Tanpa Agenda Pemerintah, Hotel Kaltim Kehilangan Nafas
Desa Wisata Jadi Andalan Kaltim di Tengah Efisiensi Anggaran
Dalam menghadapi keterbatasan anggaran, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) mendorong penguatan sektor pariwisata melalui pengembangan desa wisata sebagai strategi utama yang bersifat kolaboratif dan berkelanjutan.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim, Ririn Sari Dewi, menyampaikan bahwa skema pengembangan desa wisata kini diarahkan menjadi program unggulan dengan penekanan pada pembagian peran yang jelas antara pemerintah kabupaten/kota, provinsi, hingga pusat.
Hal itu dia sampaikan saat dalam diskusi “Pariwisata yang Kuat di Tengah Efisiensi Anggaran: Kolaborasi dan Inovasi” di Samarinda, Rabu, 4 Juni 2025.
“Misalnya kabupaten/kota berperan memperkuat desa wisata dari tahap rintisan menuju berkembang, sementara provinsi mendukung dari berkembang ke maju. Untuk tingkat mandiri, itu menjadi tanggung jawab pemerintah pusat melalui Kemenparekraf,” jelasnya, dikutip dari Presisi.co--Jaringan Suara.com, Kamis, 5 Juni 2025.
Baca Juga:100 Hari Rudy Masud Dikritik Mahasiswa, Seno Aji Pilih Jalan Dialog
Ririn mengungkapkan, dari 112 desa wisata yang telah terdata di Kaltim, pemerintah provinsi tengah menyusun Peraturan Gubernur (Pergub) untuk mempertegas kerangka kerja kolaboratif tersebut.
Regulasi ini nantinya juga akan disosialisasikan ke publik melalui berbagai kanal, termasuk media massa.
Ia juga menyoroti bahwa Kaltim memiliki modal kuat untuk mendukung target nasional 6.000 desa wisata yang dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), baik dari kekayaan alam, budaya, hingga potensi ekowisata.
“Misalnya Desa Budaya Pampang yang sudah dikenal sebagai destinasi wisata budaya. Potensinya tidak hanya menarik wisatawan domestik, tapi juga wisatawan mancanegara,” ujarnya.
Untuk memperluas jangkauan promosi, Dispar Kaltim menggandeng berbagai pihak mulai dari media, influencer, hingga penyedia layanan informasi digital.
Menurut Ririn, strategi promosi yang adaptif menjadi kunci agar desa wisata tetap kompetitif.