Jejak Sumitro di Balik Pemikiran Ekonomi Prabowo

Prabowo menceritakan bagaimana pandangan ekonomi keluarganya dibentuk oleh semangat kebangsaan dan anti-kolonialisme sejak masa kakeknya.

Denada S Putri
Rabu, 15 Oktober 2025 | 21:47 WIB
Jejak Sumitro di Balik Pemikiran Ekonomi Prabowo
Presiden Prabowo Subianto (kiri) dan Pemimpin Utama Grup Forbes, Steve Forbes (kanan). [ANTARA]
Baca 10 detik
    • Presiden Prabowo Subianto mengungkap pemikiran ekonominya banyak dipengaruhi ayahnya, Prof. Sumitro Djojohadikusumo, yang dikenal sebagai begawan ekonomi Indonesia dan pernah memimpin Partai Sosialis Indonesia.
    • Menurut Prabowo, pengalaman Sumitro di Amerika Serikat memperluas pandangan ekonominya, dari sosialisme menuju keseimbangan dengan kapitalisme dan pasar bebas tanpa meninggalkan semangat anti-kolonialisme.
    • Prabowo menegaskan relevansi pandangan ayahnya bahwa sistem ekonomi terbaik bagi Indonesia adalah sistem campuran yang mengambil keunggulan dari sosialisme dan kapitalisme, disesuaikan dengan kebutuhan tiap negara.

SuaraKaltim.id - Presiden Prabowo Subianto mengungkap bahwa arah pemikiran ekonominya tak lepas dari pengaruh kuat keluarga besar Djojohadikusumo, terutama sang ayah, Prof. Sumitro Djojohadikusumo, yang dikenal sebagai salah satu begawan ekonomi Indonesia.

Berbicara dalam sesi puncak Forbes Global CEO Conference 2025 di Jakarta, Rabu malam, Prabowo menceritakan bagaimana pandangan ekonomi keluarganya dibentuk oleh semangat kebangsaan dan anti-kolonialisme sejak masa kakeknya, Margono Djojohadikusumo, hingga sang ayah.

"Ayah saya bersekolah di Belanda, dan lulus di sana dengan gelar (sarjana) ekonomi, ini sekitar tahun 1940-an, dan kita (di Indonesia) saat itu ada pada masa perjuangan untuk merdeka. Saat itu, jujur saja, sebagian besar pemimpin negara-negara Asia dan Afrika, para elite, merupakan penganut sosialis, karena saat itu, Sosialisme, faktanya bahkan Marxisme, Komunisme, merupakan gerakan yang menentang kolonialisme, dan imperialisme. Saya pikir itu juga yang membuat banyak gerakan pemuda di Asia dan Afrika sayap kiri, Sosialis, Komunis. Ayah saya pun seorang Sosialis pada masa mudanya, dia memimpin Partai Sosialis Indonesia," ujar Prabowo, dikutip dari ANTARA, Rabu, 15 Oktober 2025.

Menurutnya, pemikiran ekonomi sang ayah yang semula berakar pada Sosialisme kemudian berkembang saat Sumitro bertugas ke New York untuk mewakili Indonesia di Markas Besar PBB.

Baca Juga:CEK FAKTA: Benarkah Jurnalis CNN Dapat Hadiah Supercar dari Presiden Prabowo?

Di Amerika Serikat, Sumitro bersentuhan langsung dengan para pemimpin dan pengusaha yang berpandangan kapitalis, namun tetap berpegang pada prinsip anti-imperialisme.

"Amerika saat itu ada di garda terdepan untuk memaksa negara-negara kolonialis untuk de-kolonisasi. Saya pikir, ayah saya itu, dan dia mendapat banyak bantuan dari banyak pemimpin-pemimpin usaha di AS," lanjut Prabowo.

Pertemuan lintas ideologi itu, menurut Prabowo, mengubah cara pandang Sumitro terhadap sistem ekonomi.

"Ketika dia (Sumitro) kembali ke tanah air, (pemikiran) dia menjadi lebih seimbang, tentunya arah pemikirannya berkiblat pada Sosialisme, tetapi dia memahami ada poin penting dari Kapitalisme dan Pasar Bebas. Saat itu, saya masih muda, saya bertanya kepada ayah saya: Apa sistem ekonomi terbaik menurutmu? Dia jawab: Sebenarnya, sistem ekonomi terbaik untuk kita, Indonesia, merupakan sistem ekonomi campuran, kita harus mengambil yang terbaik dari Sosialisme, dan yang terbaik dari Kapitalisme," kisah Prabowo.

Di hadapan sekitar 400 CEO dari berbagai negara, Prabowo menegaskan bahwa pandangan sang ayah masih relevan hingga kini.

Baca Juga:Prabowo Dorong Meritokrasi di TNI: Kualitas Jadi Tolok Ukur, Bukan Senioritas

Ia menilai setiap negara perlu mencari sistem ekonomi yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan masing-masing.

"Kita harus, menurut saya, kita harus mencari sistem terbaik yang bekerja untuk negara (kita masing-masing)," ujar Prabowo menegaskan.

Dialog antara Prabowo dan Pimpinan Utama Forbes, Steve Forbes, berlangsung dalam sesi bertajuk “A Meeting of Minds.”
Konferensi yang telah digelar sejak 2001 itu mempertemukan para pemimpin bisnis global.

Tahun ini, sejumlah tokoh dan eksekutif Indonesia turut hadir, seperti Menteri Investasi Rosan P. Roeslani, Ketua Umum Kadin Anindya Bakrie, serta Co-CEO MNC Group Angela Tanoesoedibjo.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini