Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Sabtu, 21 November 2020 | 13:54 WIB
Ilustrasi.

SuaraKaltim.id - Hampir sebulan terakhir, persimpangan Sungai Mahakam di Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara tanaman gulma menutupi.

Akibatnya, akses transportasi warga yang biasanya melintasi persimpangan batas tiga desa -yakni, Desa Jantur, Desa Jantur Baru dan Desa Jantur Selatan- terhambat.

Pun kondisi Sungai Mahakam kini lebih mirip padang rumput.

“Tanaman gulma atau biasa kami sebut napung ini datang dari Danau Jempang yang hanyut terbawa arus sungai dan menumpuk di Jantur,” kata Koordinator Lapangan Seksi Ketentraman dan Ketertiban Kecamatan Muara Muntai, Rubiah pada Sabtu (21/11/2020).

Baca Juga: Aliansi Mahakam Desak Polisi Bebaskan 7 Mahasiswa yang Ditahan

Tanaman gulma yang menumpuk tersebut sangat tebalnya diperkirakan hingga lima meter.

“Karena kita tidak punya alat untuk mengukur ketebalannya jadi kita mengukurnya dengan cara manual yakni menaiki gulma. Karena saat kita naik gulma tidak bergerak, ketebalannya kita prediksi lima meter,” papar Rubiah.

Sebenarnya selain dampak negatif yang dirasakan warga sekitar -yakni akses transportasi tertutup- keberadaan gulma juga menjadi sumber pakan ikan air tawar.

“Tapi dampak negatifnya lebih besar karena akses transportasi terhambat. Ada akses lain namun harus memutar Danau Jempang,” katanya.

Dampak tersebut dirasakan mobilitas warga tiga desa yang selama ini hanya memiliki akses transportasi sungai untuk bepergian.

Baca Juga: Duduk Sorangan, Cara Sutradara Muda Kukar Menghargai Pesut Mahakam

Kepala Desa Jantur Baru Danhar mengaatakan sudah sekitar 25 hari pihak pemerintah dan desa berusaha menyelesaikan persoalan tersebut dengan melibatkan sumber daya di tiga desa.

“Gulma kita potong kemudian kita tarik dengan kapal,” katanya.

Kontributor : Fatahillah Awaluddin

Load More