Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Selasa, 17 Agustus 2021 | 07:25 WIB
Kabinet Dwikora Buatan Presiden Soekarno. [Istimewa]

"Dan ternyata saat tiba diatas, saya lihat tiga orang anggota sudah gugur, dan satu lagi tertembak di kaki," katanya.

Pada hari Senin tanggal 1 Januari 1964 sekitar jam 3 malam, ia bersama sembilan anggota lainnya berangkat ke arah gunung, dan melihat tentara musuh sedang berpatroli. Namun, tentara musuh patroli dengan pasukan penuh, akhirnya ia memilih kembali lagi ke markas.

Kemudian, pada siang hari ia kembali bersama anggotanya untuk menyerang. Saat dirinya hendah membidik musuh yang berada di markas, ia ditembak dengan senjata otomatis oleh musuh. Merasa beruntung karena ia tak terkena tembakan, namun dirinya terjatuh dari ketinggian 10 meter.

"Pokoknya saya bertahan disitu, dihujani tembakan, sama mortir oleh tentara musuh. Saat keadaan sudah aman saya bangkit dan balik ke pos," ceritanya.

Baca Juga: Pahlawan Versiku

Akibat penyerangan itu, beberapaa rekannya menjadi korban. Memutuskan untuk sementara menghentikan perlawanan, dirinya bersama anggota ditarik kembali ke markas besar yang kala itu ada di Kota Minyak, Balikpapan.

Perjuangan Soetoyo tak berhenti disitu. Ia bersama rekan-rekannya mendengar informasi bahwa Long Pahae, perbatasan Mahakam Ulu (Mahulu) akan diserang.

Kabinet Dwikora Buatan Presiden Soekarno. [Istimewa]

Soetoyo muda kembali dikirim bersama anggota lainnya untuk membantu batalyon 611.

Sebagai regu tambahan kala itu, ia dan anggota lainnya menunggu instruksi pasti dari para pimpinan. Ia pun terus berjaga selama berada di lokasi Batalyon 611.

Di 1966, penyerangan tak terjadi. Instruksi dari pimpinan mengatakan bahwa perang sudah selesai.

Baca Juga: Pahlawan Era 2021 Haruskah Angkat Senjata?

"Setelah itu kami langsung kembali ditarik ke markas besar," kenangnya.

Load More