Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Selasa, 09 November 2021 | 20:01 WIB
Kampung Bohe Silian di Pulau Maratua, Kabupaten Berau. Salah satu destinasi wisata unggul yang mendapat pendampingan dari Bank Indonesia. [kaltimtoday.co]

SuaraKaltim.id - Pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan 3 2021 sebesar 4,51 persen. Terkoreksi sebesar -1,25 persen dibandingkan dengan kondisi pada triwulan 2 2021.

Tekanan perekonomian Kaltim pada saat itu disebabkan karena melemahnya sektor pertambangan akibat Covid-19 secara global. Meski begitu, secara kumulatif, ekonomi Kaltim tetap tumbuh positif dan tinggi dibandingkan 2020.

Dalam acara Capacity Building dan Temu Wartawan Ekonomi dan Bisnis Kaltim 2021 di Pulau Maratua Berau, Sabtu (6/7/2021), Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Tutuk SH Cahyono menerangkan, ekonomi Benua Etam sempat mengalami kontraksi yang signifikan setelah terdampak pandemi Covid-19, dan melemahnya produk domestik regional bruto (PDRB) sektor industri pada 2020. 

Namun, perlahan tapi pasti ekonomi Kaltim berhasil tumbuh dengan ditopang sektor andalannya tersebut. Dikatakan Tutuk, sektor ini konsisten tumbuh positif dan memberikan share besar terhadap ekonomi Kaltim. Padahal kinerja industri pengolahan dan perdagangan mengalami penurunan signifikan akibat pembatasan aktivitas pada pertengahan triwulan 3 2021.

Baca Juga: Layanan Dibuka, Polda Kaltim Terima Ratusan Laporan Korban Pinjol, Gimana Tuh?

Data Bank Indonesia, menunjukkan volume ekspor batu bara Kaltim pada triwulan 3 2021 tercatat tumbuh sebesar 19,56 persen (year on year/yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,45 persen (yoy).

Tumbuhnya volume ekspor batu bara Kaltim tersebut disebabkan peningkatan volume ekspor batu bara ke Tiongkok dan ASEAN yang tercatat masing-masing tumbuh sebesar 135,87 persen (yoy) dan 4,05 persen (yoy). 

Ia menyebut, perbaikan kinerja pertambangan Kaltim dipengaruhi harga komoditas batu bara yang terus mencatatkan rekor harga tinggi. Hal itu sejalan dengan masih tingginya permintaan batu bara akibat pasokan global yang terbatas.

Sayangnya, kondisi ini juga menunjukkan Kaltim belum bisa lepas dari ketergantungan terhadap komoditas batu bara. Sumbangsih pertambangan batu bara terhadap ekonomi Kaltim mencapai 46,82 persen. Perlu upaya serius agar sektor yang semakin ditinggalkan ini memiliki pengganti. 

Pengembangan Potensi Pariwisata Kaltim

Baca Juga: Hujan Ringan Terjadi di Siang Hari, Berikut Prakiraan Cuaca Kaltim 9 November 2021

Salah satu sektor yang tengah dilirik dan mendapat perhatian serius adalah pariwisata. Sektor ini bersama usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dinilai punya potensi besar dan bakal menjadi kekuatan baru perekonomian Kaltim. 

Berbeda dengan pertambangan, pariwisata memiliki peran lebih besar dalam pembangunan yang bersifat inklusif. Pembangunan yang melibatkan banyak stakeholder dari berbagai lapisan masyarakat. Mulai lapisan bawah hingga atas di dalam ekosistemnya.

Di Kaltim, telah dibentuk 3 kawasan strategis pariwisata provinsi (KSPP) yang meliputi KSPP 1 Derawan dan Biduk-Biduk. Di kawasan ini, terdapat daya tarik keindahan bawah laut terbaik dunia mulai dari stingless jellyfish, whale shark, coral reef, dan lainnya. Tak cuma itu, kawasan ini juga didukung wisata budaya seperti Kesultanan Sambaliung, Kampung Dayak Kenyah, dan Budaya Bajau.

Lalu, KSPP 2 yang meliputi Samarinda, Tenggarong, dan Tanjung Isuy. Di kawasan ini terdapat daya tarik ekowisata bahari (sungai), seperti susur sungai, wisata pesut Mahakam, dan desa wisata berbasis sungai. Selain itu juga, ada lokasi budaya Kesultanan Kukar, Melayu Kutai, dan Benuaq Tanjung Isuy. 

Terakhir, ada KSPP 3 yang meliputi Sangkulirang Mangkalihat. Di kawasan ini terdapat daya tarik wisata karst pegunungan dan gua yang ditujukan untuk wisatawan minat khusus. Selain itu, di lokasi ini juga terdapat desa wisata budaya manusia purba (rock art). 

Kemudian ada lagi 3 kawasan pengembangan pariwisata provinsi (KPPP). KPPP 1 meliputi Samboja, Penajam, Balikpapan, dan Paser. Di kawasan ini terdapat daya tarik wisata konservasi satwa endemik Kalimantan seperti orangutan, beruang madu, dan bekantan. Selain itu ada juga wisata hutan tropis. 

Berikutnya, KPPP 2 di Sangatta dan Bontang. Di kawasan ini terdapat daya tarik wisata hutan tropis, orangutan, pengamatan burung, hutan mangrove, pesisir, dan sungai. Di sini terdapat taman nasional dan desa wisata suku Kutai dan Dayak.

Terakhir, KPPP 3 yang meliputi Ujoh Bilang dan Long. Di kawasan ini, memiliki potensi sebagai cross border tourism di Kaltim karena berbatasan langsung dengan Malaysia. Menawarkan atraksi ekowisata bahari susur sungai hulu Mahakam yang dipenuhi dengan jeram. Selain itu terdapat wisata budaya Dayak Bahau. 

Program sosial itu di antaranya dalam bentuk menguatkan kelembagaan, kelompok sadar wisata (pokdarwis), pelatihan keuangan, pengembangan produk kerajinan, hingga pelatihan pengelolaan homestay berstandar minimal Asia.

“Melalui program ini diharapkan meningkatkan pelayanan masyarakat, sehingga mampu menarik minat dan menjadi tujuan utama wisatawan lokal maupun mancanegara ke Pulau Maratua,” katanya, melansir dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Selasa (9/11/2021).

Ekosistem pariwisata unggul yang didukung konektivitas baik dan kualitas sumber daya masyarakat lokal harus terus ditingkatkan. Perlu dukungan dari berbagai pihak karena ekosistem yang harus dikembangkan mencakup banyak aspek. Tidak hanya infrastruktur, tapi juga budaya, keindahan alam, dan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

Untuk itu, tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, tapi juga  harus didukung pihak-pihak swasta. Bank Indonesia, sebut Tutuk, terus mendorong keterlibatan swasta terhadap pengembangan sektor pariwisata di Kaltim. Salah satu sektor yang berpotensi besar menjadi penopang ekonomi baru di Kaltim.

Load More