Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Selasa, 01 Februari 2022 | 17:20 WIB
Warga RT 07 berkumpul di bantaran sungai di Perumahan Bontang Permai. [KlikKaltim.com]

SuaraKaltim.id - Nelangsa warga Perumahan Bontang Permai, RT 07 Kelurahan Api-api ternyata sudah 19 tahun. Kawasan tersebut selalu menjadi langganan bencana banjir. Akibatnya, masyarakat setempat menjadi terbiasa. Namun, istilah terbiasa dirasakan karena terpaksa. 

Sepanjang awal 2022 ini saja, sudah 3 kali genangan banjir menimpa perumahan yang diketahui memiliki 140 rumah. Ketua RT 07, Kelurahan Api-api, Sunarto pun memberikan tanggapan.

ia mengaku sudah sering kali melaporkan kondisi wilayahnya yang kerap diterjang banjir. Bahkan, setiap Musrembang tingkat kelurahan, ia selalu mengusulkan pembuatan sodetan yang bisa mengurai tumpahan air sungai jika meluap. 

Namun, hingga 2022 ini keinginan tersebut belum terealisasi. Pasalnya, kalau banjir melanda, 90 persen rumah warga pasti terdampak. 

Baca Juga: Sudah 17 Tahun Seadanya, Pondok Pesantren Darul Hijrah Wal Qurra' Kini Lebih Layak Karena Hal Ini

"Sudah sering diusulkan. Tetapi belum ada aksi dari Pemkot setempat," katanya melansir dari KlikKaltim.com--Jaringan Suara.com, Selasa (1/2/2022). 

Diketahui, RT 07 dihuni 163 Kepala Keluarga dan sekitar 630 warga. Ia melanjutkan, kebutuhan yang paling cepat ialah normalisasi saluran drainase. Bahkan, ada turap yang sudah mulai bergeser beberapa centimeter. Dan terlihat satu bagian sudah retak. 

"Itu ada sudah turap yang bergeser. Bahkan retak beberapa centimeter," sambungnya. 

Di tempat yang sama, warga RT 07 Sutarji yang sudah dua kali meninggikan rumahnya juga memberikan tanggapan. Uang yang dikeluarkan pun mencapai ratusan juta cuma untuk meninggikan rumah. 

Namun sayang, dengan meninggikan rumah, ternyata tidak membuat tempat tinggalnya bebas dari banjir. Ia masih merasakan bencana tersebut. 

Baca Juga: Anggaran Fantastis Program Rantang Kasih Capai Rp 2 Miliar, Dibeli dari Warung, Diantar oleh KSM, Sepadan Kah?

"Banyak sudah uang saya keluarkan untuk meninggikan rumah. Tetapi tetap aja masuk kalau banjir," terangnya.

Ia mengaku, sudah tidak mampu lagi untuk meninggikan rumah. Sebab untuk menimbun lagi harus merubah konstruksi atap rumah miliknya.

"Kalau mau di timbun lagi yah harus bongkar atap. Uang sudah tidak ada karena ongkosnya mahal," ungkapnya. 

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bontang, Usman mengatakan, pada 2022 ini realisasi penurapan akan dilakukan. Namun sekala prioritas yang akan dikerjakan.

Untuk golongan prioritas, di Kelurahan Gunung Elai, Jalan Imam Bonjol hingga Perumahan Bontang Permai, Kelurahan Api-api. Anggaran yang digelontorkan ialah Rp 7,5 miliar. Nantinya penurapan itu dengan panjang sekira 350 meter. 

"Tahun ini ada pembangunan turap. Semoga bisa terealisasi," tandasnya.

Load More