SuaraKaltim.id - Setumpuk cabai rawit dihamparkan di atas wadah. Potongan kardus segi 4 jadi tempat keterangan harga. Tertulis 65 yang menandakan harga cabai rawit dijual Rp 65 ribu per kilogram. Lapak itu milik Nita, salah satu pedagang cabai rawit di Pasar Pandan Sari Balikpapan.
Sapaan yang ramah ditujukan kepada calon pembeli cabai ketika menghampiri lapaknya. Harganya sudah tak selangit lagi, seperti harapan Nita. Setidaknya harga cabai sudah tak semahal daging sapi. Yang sempat membuat Anita kelimpungan untuk menjual.
"Harganya kalau waktu naik itu tinggi sekali. Sampai Rp 200 ribu. Alhamdulillah sudah mulai turun," kata Nita kepada jurnalis media ini, Selasa (19/7/2022).
Harga yang selangit saat itu memang sempat mengejutkan. Per kilogram bisa mencapai Rp 200 ribu. Nita mesti memasang harga seperti itu lantaran kelangkaan dari pemasok. Dikatakan wanita berhijab itu, kelangkaan cabai rawit lantaran banyak petani yang gagal panen.
"Jadi kita harus naikkan harga karena dari pemasok sudah tinggi. Alasan mereka ya karena banyak petani cabai yang gagal panen," tambah wanita yang sudah bertahun-tahun jualan cabai itu.
Cabai milik Nita didapatnya dari Sulawesi Selatan (Sulsel). Dua hingga tiga peti dia memesan cabai. Satu peti berisi 40 kilogram cabai. Datangnya pun tak begitu lama. Lima hingga tujuh hari cabai sudah datang. Dalam sehari Nita bisa menjual satu atau dua peti.
Sekarang sudah mulai normal, Nita cukup bahagia. Setidaknya dia ikut senang karena penjualan mulai bergairah lagi.
Hal serupa juga dirasakan Sania, penjual gorengan di kawasan Kebun Sayur, Balikpapan. Karena cabai mulai normal dia mengurungkan niatnya menaikkan harga gorengannya.
"Gorengan pakai sambal. Jadi hampir mau saya naikkan harga gorengannya karena cabai mahal," tuturnya.
Baca Juga: Video Viral Emak-emak Berdaster Datangi Kakek yang Rangkul dan Cium 2 Biduanita Dangdut
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan (DP3) Kota Balikpapan Heria Prisni menjelaskan, fenomena kenaikan harga cabai dipengaruhi faktor cuaca. Medio April kemarin curah hujan cukup tinggi hampir seluruh wilayah di Indonesia. Kondisi itu juga berpengaruh terhadap lahan pertanian, khususnya cabai.
"Petani jadi gagal panen dan penurunan produksi hingga 50 persen. Belum lagi diserang hama penyakit," kata Heria.
Menurut informasi yang didapatkan Heria, Hama penyakit saat ini masih menghantam sektor pertanian cabai di Pulau Jawa dan Sulawesi. Beruntung tak begitu parah sehingga perlahan harga cabai sudah mulai menurun.
"Mudah-mudahan dua minggu hasil darin pertanian bagus. Karena sekarang harga sudah mulai turun juga kan," tegasnya.
Kontributor: Arif Fadillah
Berita Terkait
Terpopuler
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- Tanpa Naturalisasi! Pemain Rp 2,1 Miliar Ini Siap Gantikan Posisi Ole Romeny di Ronde 4
- 5 Pemain Timnas Indonesia yang Bakal Tampil di Kasta Tertinggi Eropa Musim 2025/2026
- Brandon Scheunemann Jadi Pemain Paling Unik di Timnas Indonesia U-23, Masa Depan Timnas Senior
- Siapa Sebenarnya 'Thomas Alva Edi Sound Horeg', Begadang Seminggu Demi Bass Menggelegar
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Murah Samsung dengan Fitur USB OTG, Multifungsi Tak Harus Mahal
-
Bukalapak Merana? Tutup Bisnis E-commerce dan Kini Defisit Rp9,7 Triliun
-
Investasi Kripto Makin Seksi: PPN Aset Kripto Resmi Dihapus Mulai 1 Agustus!
-
9 Negara Siaga Tsunami Pasca Gempa Terbesar Keenam Sepanjang Sejarah
-
Bantah Sengaja Pasang 'Ranjau' untuk Robi Darwis, Ini Dalih Pelatih Kim Sang-sik
Terkini
-
Dukung IKN dari Hulu: PPU Luncurkan Beras Lokal Benuo Taka
-
Sekolah Rakyat Segera Hadir di Kutim, Sasar Anak dari Keluarga Miskin
-
Kapal Rumah Sakit 50 Meter Siap Sambangi Pelosok Kaltim, Ini Tawaran dari Korea Selatan
-
Proyek IKN Jadi Sorotan DPR RI, Bandara VVIP hingga Jalan Inti Masuki Fase Penting
-
DLH Balikpapan: Bakar Sampah Bisa Kena Denda Rp50 Juta atau Kurungan 6 Bulan!