Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Kamis, 15 September 2022 | 08:00 WIB
Udang windu, ikan kerapu, kepiting, hingga rumput laut menjadi komoditas ekspor perikanan dari Kaltim. [kaltimtoday.co]

SuaraKaltim.id - Sektor kelautan dan perikanan di Kaltim digadang-gadang dapat menjadi sumber daya alam (SDA) terbarukan, menggantikan sektor migas dan pertambangan yang hingga kini masih menjadi tumpuan ekonomi Benua Etam.

Plt Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kaltim, Irhan Hukmaidy mengungkapkan, selama ini sektor perikanan melalui sejumlah komoditas ekspor mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian daerah.

Nilai ekspor produk perikanan Kaltim pada 2021 lalu mampu menembus angka 72 juta USD atau mencapai lebih dari Rp1 triliun.

Komoditas ekspor perikanan dari Kaltim di antaranya, udang windu, ikan kerapu dan kepiting. Untuk komoditas non-ikan, yaitu rumput laut jenis glacilaria.

Baca Juga: Kebijakan DMO Sebagai Persetujuan Ekspor Dituding Jadi Biang Keladi Mahalnya Minyak Goreng

“Tetapi yang lagi naik daun komoditi kepiting dan ikan kerapu,” ucapnya, melansir dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Kamis (15/9/2022).

Pada Mei lalu, dilakukan direct call ekspor kepiting ke Shenzen, Tiongkok, dari Terminal Cargo Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Balikpapan, sebanyak 5 ton atau senilai Rp 1 miliar.

Terkait pengembangan sektor perikanan budi daya, lanjutnya, pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah menargetkan pembentukan kampung budi daya sebanyak 130 kampung pada 2022 ini.

Untuk Kaltim, 2 lokasi telah ditetapkan sebagai kampung budi daya. Yaitu di Loa Kulu, Kutai Kartanegara (Kukar) sebagai kampung budi daya ikan nila dan di Pulau Maratua, Berau sebagai kampung budi daya ikan kerapu.

“Nantinya kita juga dorong daerah lain untuk menjadi kampung budi daya sesuai dengan keunggulan masing-masing,” bebernya.

Baca Juga: Majelis Hakim Tolak Eksepsi Lima Terdakwa Korupsi Ekspor Minyak Goreng

Sebab menurutnya, pengembangan perikanan budi daya yang tengah dilakukan saat ini sifatnya masih sporadis dan tidak merata, sehingga perlu dibuat klaster.

Sebagai contoh, nantinya mungkin Kutai Kartanegara didorong menjadi kampung budi daya kepiting dan udang windu serta Bontang dengan kampung budi daya rumput laut.

“Karena pada 2023, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan membentuk lagi 150 kampung budi daya,” imbuhnya.

Selain mendorong pembentukan kampung budi daya, DKP Kaltim akan mengembangkan budi daya perikanan spesifik dan merupakan ikan-ikan endemik local yang mulai berkurang populasinya serta langka di pasaran.

Ikan tersebut di antaranya, ikan biawan, ikan pepuyu, ikan lais termasuk juga ikan haruan.

“Arah kebijakan kita ke sana dan memang tidak bisa instan,” tuturnya.

Dalam program ini, DKP Kaltim menggandeng Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Samarinda dan Balai Perikanan Budi Daya Air Tawar Mandiangin di Banjarmasin untuk mengembangkan teknologi budi daya ikan endemik Kaltim.

“Kita ingin nanti hasilnya bisa kita kembangkan secara massif,” katanya.

Lebih penting lagi, saat diterapkan dapat membawa keuntungan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Khususnya peternak ikan.

Load More