Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Minggu, 20 November 2022 | 15:30 WIB
Lokasi TKP kasus pembakaran warung makan di Tanjung Laut. [KlikKaltim.com]

SuaraKaltim.id - Arifuddin Arafa, selaku pemilik dari Cilelaki, warung yang dibakar, angkat bicara. Ia mengaku, teror yang dialami bukan kali pertama terjadi. Persoalan kepemilikan lahan dan obyek bangunan menjadi penyebab utama.  

Ia menceritakan, dirinya telah menyewa bangunan yang terletak di Jalan WR Soepratman, Tanjung Laut tersebut sejak 2003 lalu dan baru berakhir pada akhir 2023 mendatang. 

Namun di dalam perjalanannya, terjadi ‘perang dingin’ antara dirinya dengan seseorang yang membeli lahan tersebut pada 2010 lalu. Sebut saja Amir pria yang bersitegang dengannya itu. Kala itu Arifuddin diminta angkat kaki karena dituding melakukan penyerobotan.

“Di 2011 saya dilaporkan dan di pengadilan dianggap salah menempati hak orang lain. Kemudian saya banding dan menang. Lalu dia (Amir) mengajukan kasasi tetapi ditolak,” ungkapnya saat menghubungi KlikKaltim.com--Jaringan Suara.com, Minggu (20/11/2022).

Baca Juga: Atlet Taekwondo Bontang Sumbang Medali Emas Pertama buat Kotanya

Kemudian terjadi teror yang dimulai Juli 2021 lalu yang kembali memintanya angkat kaki. Kemudian intensitas teror semakin meningkat, salah satunya adalah dengan menumpuk pasir di depan warung Cilelaki. Perbuatan itu dilakukan tersangka Sy (65). 

Hingga pada akhirnya puncak teror terjadi pada Sabtu (19/11/2022) dini hari kemarin. Warung Cilelaki dibakar seorang pemuda berinisal Ir (31) atas perintah Sy. Keduanya kini sudah ditangkap jajaran Polres Bontang.

Arifuddin sempat mempertanyakan aksi teror yang dilakukan Sy kala menumpuk pasir di depan warungnya, dia menerima jawaban bahwa dia telah membeli lahan dan bangunan itu dari Amir. Namun Arifuddin tak yakin jika transaksi itu benar-benar terjadi.

“Saya minta bukti kalau sudah beli, tapi yang ditunjukkan hanya kuitansi. Alasannya belum lunas. Saya selidiki ternyata ada faktor lain, kemungkinan bangunan itu mau dibeli orang lain, tapi dengan syarat tidak ada yang tinggal atau sewa. Makanya ada teror,” ungkapnya.

Melihat teror tersebut, Arifuddin yakin Sy bukan dalang utama dari aksi pembakaran. Akan tetapi dia menduga Amir yang menjadi otak sebenarnya.

Baca Juga: Pelaksanaan Porprov XIV Jabar di Subang Berjalan Lancar, Begini Klaim Ketua Koni

“Saya tentu punya malu kalau tinggal di bangunan yang bukan hak saya. Karena saya punya hak yakni masa sewa belum berakhir, makanya saya tetap tinggal. Karena benar, saya tidak takut walaupun diteror,” pungkasnya.

Load More