SuaraKaltim.id - Komoditas minuman ringan turut menjadi pemicu inflasi di Kota Balikpapan. Mengingat, minuman ini terutama yang dijual dingin di warung-warung dan toko swalayan menjadi pilihan banyak warga karena praktis untuk menghilangkan haus saat cuaca panas.
Suhu di Balikpapan saat siang hari mencapai 31 derajat Celsius pada pukul dua siang, sementara suhu di pagi hari pada pukul tujuh ada pada angka 26 derajat Celsius.
"Minuman bersoda jadi lebih cepat habis," kata Budi, pemilik warung di Km 5 Jalan Soekarno-Hatta, Balikpapan, melansir dari ANTARA, Rabu (06/09/2023).
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada Agustus kemarin, Kota Balikpapan mengalami deflasi 0,16 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan Bambang Setyo Pambudi.
Di Juli, Kota Minyak justru mengalami inflasi. Nilainya tak sampai 1 persen.
“Pada Juli lalu kita mengalami inflasi sebesar 0,53 persen,” ucapnya.
Sementara secara tahunan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan tercatat sebesar 3,85 persen. Atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat pada 3,27.
Bahkan, nilai itu masih lebih tinggi dari inflasi gabungan dua kota di Kaltim. Di mana totalnya 3,82 persen.
"Saat ini inflasi tahun kalender berjalan di Kota Balikpapan hingga bulan Agustus lalu adalah 2,60 persen," sambungnya.
Baca Juga: Dijemput Paksa Pakai Kursi Roda Saat Dirawat di RS, Tersangka Korupsi e-Warung Kemensos Ditahan
Selain minuman ringan, komoditas penyumbang inflasi Balikpapan lainnya tergolong rutin, yaitu harga tiket pesawat, cabai rawit, beras, harga tiket kapal laut.
Tiket pesawat naik, karena lalu-lalang orang untuk proyek-proyek nasional dan internasional seperti Proyek RDMP Pertamina dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Balikpapan dan sekitarnya terus meningkat.
"Semakin banyak orang juga semakin banyak pasokan makanan yang dibutuhkan yang membuat permintaan cabai tak pernah berhenti bertambah, sementara pasokannya tidak bisa serta-merta ditambah," tuturnya.
Adapun kenaikan harga beras, dipicu oleh mulai menurunnya produksi karena musim kemarau, membawa naik harga gabah kering panen dan gabah kering giling di tingkat petani.
Namun demikian, laju inflasi tertahan oleh deflasi di komoditas volatile food. Harga ikan layang dan ikan tongkol turun karena pasokannya melimpah. Cuaca baik menyebabkan nelayan rajin turun ke laut.
Penurunan harga lebih lanjut pada komoditas daging ayam ras dan semangka disebabkan oleh mulai normalnya konsumsi masyarakat karena sekolah sudah kembali mulai. Sementara itu, penurunan harga bawang merah karena sudah masuk musim panen bawang merah di Jawa Timur dan daerah penghasil lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Samarinda Bakal Buka Penerbangan Rute IKN-Malaysia di Februari 2026
-
AYIMUN Samarinda Chapter 2025 Siapkan Generasi Muda Jadi Calon Pemimpin Global
-
Kaltim Jamin Stok Pangan Aman, Harga Terpantau Stabil Jelang Natal dan Tahun Baru
-
Persagi Siap Tugaskan Ahli Gizi untuk MBG di Seluruh Pelosok Indonesia
-
Alat Kebencanaan Disiagakan untuk Hadapi Cuaca Ekstrem di Kaltim