Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Kamis, 07 Desember 2023 | 17:00 WIB
Pemandangan Kota Tenggarong. [Ist]

SuaraKaltim.id - Tenggarong merupakan sebuah kecamatan sekaligus ibu kota dari Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim).

Wilayah Tenggarong terbagi dalam 12 kelurahan dan 2 desa yang memiliki luas wilayah mencapai 270,00 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 108.539 jiwa pada tahun 2021.

Tenggarong merupakan ibu kota Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura yang berdiri pada tanggal 28 September 1782.

Kala itu kota ini dipimpin oleh Raja Kutai Kartanegara ke-15, Aji Muhammad Muslihuddin, yang dikenal pula dengan nama Aji Imbut.

Baca Juga: Paman Pratu Sandy Primadana Bercerita Soal Ponakannya: Orangnya Baik dan Sabar

Lantas bagaimana asal usul dari nama Kota Tenggarong?

Awalnya, kota ini bernama Tepian Pandan ketika Aji Imbut memindahkan ibu kota kerajaan dari Pemarangan. Kemudian nama Tepian Pandan diubah oleh Sultan Kutai menjadi Tangga Arung yang berarti rumah raja.

Namun dalam perkembangannya, Tangga Arung cenderung sulit diucapkan dan lebih populer dengan sebutan "Tenggarong" hingga saat ini.

Oleh karena itu, asal usul dari nama Tenggarong sendiri berasal dari penyebutan masyarakat sekitar sendiri yang berarti rumah raja.

Cerita lain menyebut menurut legenda Orang Dayak Benuaq dari kelompok Ningkah Olo, nama atau kata Tenggarong dari bahasa Dayak Benuaq adalah "Tengkarukng". Kata "Tengkarukng" berasal dari kata tengkaq dan bengkarukng.

Baca Juga: Lokasi Pemasangan Algaka Ditetapkan KPU Kukar, Ada Ratusan Titik

Tengkaq berarti naik atau menjejakkan kaki ke tempat yang lebih tinggi seperti meniti anak tangga, lalu bengkarukng adalah sejenis tanaman akar-akaran.

Menurut orang Benuaq, ketika sekolompok orang Benuaq yang mungkin keturunan Ningkah Olo menyusuri Sungai Mahakam menuju pedalaman, mereka singgah di suatu tempat dipinggir tepian Mahakam.

Dalam persinggahan itu, mereka menaiki tebing sungai Mahakam melalui akar bengkarukng. Itulah sebabnya disebut Tengkarukng oleh aksen Melayu yang terkadang menyebutnya Tengkarong.

Kemudian, lama-kelamaan penyebutan tersebut berubah menjadi Tenggarong. Perubahan tersebut disebabkan Bahasa Benuaq banyak memiliki konsonan yang sulit diucapkan oleh penutur yang biasa berbahasa Melayu atau Indonesia.

Kontributor: Maliana

Load More