Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Jum'at, 05 Januari 2024 | 14:00 WIB
Bukit Soekarto di Kaltim. [Ist]

SuaraKaltim.id - Bukit Soeharto yang kini disebut Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto memiliki segudang cerita yang unik dan menyeramkan.

Dahulu, Bukit Soeharto dikenal sebagai tempat yang angker dan menyeramkan oleh masyarakat setempat.

Lokasi Bukit Soeharto ini berada di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dan sebagian kecil di Kabupaten Panajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim).

Jadi, letak bukit ini berada di antara dua kabupaten yang dahulu menjadi tempat pembuangan mayat-mayat pekerja paksa di zaman penjajahan Jepang di Benua Etam.

Baca Juga: 49 Titik Panas Baru di Kaltim, Masyarakat Diminta Waspada Karhutla

Dahulu, pekerja yang meninggal dunia akibat kerja paksa Romusha dibuang begitu saja dan dibiarkan di hutan belantara itu.

Oleh karena itu, saat memasuki kawasan hutan ini cerita seram pun berkembang di masyarakat sekitar.

Konon katanya, saat melintas dikawasan hutan, para hantu dari bekas pekerja paksa Jepang itu membuat korbannya hilang dan sulit ditemukan.

Namun, jika ada yang berhasil ditemukan, para korban tersebut disebut sudah dalam keadaan setengah waras.

Jadi tak heran kawasan Bukit Soeharto ini disebut sebagai kawasan angker karena penduduk setempat meyakini para hantu itu biasanya menampakkan diri.

Baca Juga: Perayaan Tahun Baru di Kaltim Berpotensi Diguyur Hujan Ringan

Namun kini, lokasi Bukit Soeharto ini sudah menjadi Taman Hutan Raya (Tahura) yang menjadi salah satu lokasi hutan primer di Kalimantan Timur.

Kawasan ini pun telah berubah menjadi hutan yang berfungsi untuk melindungi, menjaga kelestarian dan menjamin pemanfaatan potensi kawasan dari berbagai flora dan fauna langka.

Saat ini kawasan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto berupaya melakukan rehabilitasi dengan berbagai jenis tanaman seperti Acasia (Acasia mangium), Sengon (Albasia sp.), dan Mahoni (Swietenia mahagoni spp).

Ada juga flora asli dari Kalimantan Timur yang didominasi jenis Meranti (Shorea sp.), dan sebagian merupakan hutan penelitian berbagai jenis flora seperti Mahang (Macaranga hypoleuca), di antaranya jenis dilindungi seperti Ulin (Eusideraxylon zwageri), Kayu arang (Diospyros sp.), dan Kempas (Koompassia malaccensis).

Ada juga jenis Palaman (Iristania spp), Resak (Vatica spp), Bayur (Pterospermum spp), Gmelina (Gmelina arborea), Karet (Havea brasiliensis), Rotan (Calamus sp), Aren (Arenga catechu), dan Ketapang (Terminalia catappa).

Selanjutnya untuk fauna terdapat orang utan (Pongo Pygmaeus) yang berada di fasilitas rehabilitasi Pusat Reintroduksi Orang Utan Wanariset Samboja.

Kemudian ada juga Beruang madu (Helarctros malayanus), Macan dahan (Neofelis nebulosa), Landak (Hystrix brachyura), Owa-Owa (Hylobates muelleri), Burung Enggang (Buceros rhinoceros), Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Trenggiling (Manis javanica).

Lalu ada juga Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kuau Besar (Lophura sp), Biawak (Varanus salvator), Tupai (Tupaia sp), Musang (Cynogalesp), Babi Hutan (Sus sp), dan terakhir Cucak Rawa (Pycnonotus zeylanicus).

Kontributor: Maliana

Load More