Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 28 Februari 2024 | 17:33 WIB
Suku Dayak Iban merupapakan salah satu suku rumpun Dayak yang dikenal juga sebagai suku tertua di Kalimantan [Istimewa]

SuaraKaltim.id - Suku Dayak Iban merupapakan salah satu suku rumpun Dayak yang dikenal juga sebagai suku tertua di Kalimantan.

Kata Iban berasal dari bahasa Iban asli yang bermaksud manusia atau orang, jadi arti dari nama mereka maksudnya adalah bangsa manusia.

Awalnya masyarakat suku Dayak Iban menempati daerah di Serawak, Kalimantan Barat, dan Brunei.

Tetapi saat ini sebagian besar dari mereka menempati hutan adat seluas 9.425,5 hektare di Dusun Sungai Utik, Desa Batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Suku Kutai, Penduduk Asli Kalimantan Timur yang Kaya Budaya dan Bahasa

Menuju Dusun Sungai Utik memanglah tidak mudah karena jaraknya dari Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat sekitar 700 kilometer.

Butuh menghabiskan waktu sekitar 18-20 jam perjalanan darat untuk melihat tempat tinggal masyarakat Suku Dayak Iban di Sungai Utik.

Dikutip dari berbagai sumber, masyarakat Suku Dayak Iban sangat menjaga hutan dan memaknainya secara dalam serta sangat takut merusak alam yang mereka tempati.

Alasannya sederhana, mereka bisa merasakan udara untuk bernapas, dapat makan dan minum karena disediakan oleh hutan.

Dalam kesehariannya, mata pencarian utama masyarakat Suku Dayak Iban adalah bertani dan berladang.

Baca Juga: Polres Kukar Tertibkan Judi Berkedok Adat, Temukan Dadu, Tongkok, dan Sabung Ayam

Mereka termasuk masyarakat komunal yang tinggal di betang, sebuah rumah adat berukuran sangat panjang yang mampu memuat 286 orang atau 86 kepala keluarga (KK).

Oleh karena itu, bangunan berbentuk panggung tersebut biasa disebut sebagai rumah panjang atau ruma panjae dalam bahasa setempat.

Rumah itu memiliki ukuran 214 meter x 6 meter dengan tinggi lantai dari permukaan tanah sekitar 2 meter.

Rumah betang memiliki 46 bilik atau pintu yang dihuni oleh satu sampai empat keluarga. Ada pula 18 ruamah atau rumah pisah di sekitar betang, mirip rumah pada umumnya.

Betang memiliki bangsal bernama ruai dalam yang biasa dipakai sebagai tempat bersosialisasi anggota keluarga rumah betang.

Dapat pula digunakan untuk melaksanakan upacara adat seperti perkawinan dan kematian.

Pemimpin betang adalah seorang pria paruh baya bernama Bandi Anak Ragai yang dikenal sebagai Apai Janggut karena janggut putihnya yang lebat.

Menurut Apai Janggut, seluruh penghuni rumah betang sejak puluhan tahun hidup untuk menjaga kelestarian hutan Sungai Utik.

Mereka memegang teguh prinsip adat yang diwariskan turun-temurun yang berbunyi babas adalah apai kami, tanah adalah inai kami, dan ae adalah darah kami.

Artinya, hutan melambangkan posisi seorang bapak, tanah diartikan sebagai ibu, dan air bagai darah yang mengalir di sekujur tubuh.

Kontributor : Maliana

Load More