SuaraKaltim.id - Suku Dayak Iban merupapakan salah satu suku rumpun Dayak yang dikenal juga sebagai suku tertua di Kalimantan.
Kata Iban berasal dari bahasa Iban asli yang bermaksud manusia atau orang, jadi arti dari nama mereka maksudnya adalah bangsa manusia.
Awalnya masyarakat suku Dayak Iban menempati daerah di Serawak, Kalimantan Barat, dan Brunei.
Tetapi saat ini sebagian besar dari mereka menempati hutan adat seluas 9.425,5 hektare di Dusun Sungai Utik, Desa Batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Suku Kutai, Penduduk Asli Kalimantan Timur yang Kaya Budaya dan Bahasa
Menuju Dusun Sungai Utik memanglah tidak mudah karena jaraknya dari Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat sekitar 700 kilometer.
Butuh menghabiskan waktu sekitar 18-20 jam perjalanan darat untuk melihat tempat tinggal masyarakat Suku Dayak Iban di Sungai Utik.
Dikutip dari berbagai sumber, masyarakat Suku Dayak Iban sangat menjaga hutan dan memaknainya secara dalam serta sangat takut merusak alam yang mereka tempati.
Alasannya sederhana, mereka bisa merasakan udara untuk bernapas, dapat makan dan minum karena disediakan oleh hutan.
Dalam kesehariannya, mata pencarian utama masyarakat Suku Dayak Iban adalah bertani dan berladang.
Baca Juga: Polres Kukar Tertibkan Judi Berkedok Adat, Temukan Dadu, Tongkok, dan Sabung Ayam
Mereka termasuk masyarakat komunal yang tinggal di betang, sebuah rumah adat berukuran sangat panjang yang mampu memuat 286 orang atau 86 kepala keluarga (KK).
Oleh karena itu, bangunan berbentuk panggung tersebut biasa disebut sebagai rumah panjang atau ruma panjae dalam bahasa setempat.
Rumah itu memiliki ukuran 214 meter x 6 meter dengan tinggi lantai dari permukaan tanah sekitar 2 meter.
Rumah betang memiliki 46 bilik atau pintu yang dihuni oleh satu sampai empat keluarga. Ada pula 18 ruamah atau rumah pisah di sekitar betang, mirip rumah pada umumnya.
Betang memiliki bangsal bernama ruai dalam yang biasa dipakai sebagai tempat bersosialisasi anggota keluarga rumah betang.
Dapat pula digunakan untuk melaksanakan upacara adat seperti perkawinan dan kematian.
Pemimpin betang adalah seorang pria paruh baya bernama Bandi Anak Ragai yang dikenal sebagai Apai Janggut karena janggut putihnya yang lebat.
Menurut Apai Janggut, seluruh penghuni rumah betang sejak puluhan tahun hidup untuk menjaga kelestarian hutan Sungai Utik.
Mereka memegang teguh prinsip adat yang diwariskan turun-temurun yang berbunyi babas adalah apai kami, tanah adalah inai kami, dan ae adalah darah kami.
Artinya, hutan melambangkan posisi seorang bapak, tanah diartikan sebagai ibu, dan air bagai darah yang mengalir di sekujur tubuh.
Kontributor : Maliana
Berita Terkait
Terpopuler
- Infinix Hot 60i Resmi Debut, HP Murah Sejutaan Ini Bawa Memori 256 GB
- Semakin Ganas, 3 Winger Persib Bandung di BRI Liga 1 Musim Depan
- Mengenal Sosok Nadya Pasha, Ramai Disebut Istri Indra Bruggman dan Sudah Punya 3 Anak
- 5 Rekomendasi HP Infinix RAM 8 GB Mulai Rp1 Jutaan: Layar AMOLED, Resolusi Kamera Tinggi
- 3 Rekomendasi Sunscreen SPF 50 untuk Mengatasi Flek Hitam, Harga Mulai Rp30 Ribuan
Pilihan
-
Danantara Suka Perusahaan Rugi?
-
Sri Mulyani Ungkap APBN Tahun Terakhir era Jokowi Bekerja Keras
-
Sri Mulyani "Nyentil" DPR: Tepuk Tangan Loyo Meski Ekonomi Tumbuh, Belum Makan Siang Ya, Pak?
-
5 Rekomendasi HP OPPO Murah Rp1 Jutaan, Terbaik buat Gaming dan Multitasking
-
5 Bulan Pertama 2025, Ekspor Indonesia Melonjak 6,98 Persen
Terkini
-
Daftar 6 Bansos Cair Juli 2025, Ibu Hamil hingga Disabilitas Dapat Jatah!
-
7 Ide Kegiatan Seru dan Edukatif Saat Libur Sekolah, Agar Anak Tidak Bosan
-
Baru 110 dari 965 Naskah Kuno di Kaltim Terinventarisasi, DPK Minta Partisipasi Publik
-
10 Amplop DANA Kaget Terbaru Khusus Buatmu, Segera Klaim sebelum Kehabisan
-
Selamat! Nomor HP Kamu Beruntung Dapat 10 Link DANA Kaget Asli Terbaru, Saldo Gratis Awal Juli 2025